Kamis, 21 Juni 2018

DAMPAK PHUBBING


Aku takkan membahas mengenai Phubbing.
Aku akan membahas dampak dari phubbing.

Dan inilah uraiannya ...

Tahu ngga rasanya kamu sedang memanggil seseorang.
Sampai panggilan kedua baru direspon.
Setelah direspon dengan "ya" kemudian diabaikan

Tahu ngga rasanya kamu pingin cerita panjang lebar, tapi orang yang di depan kamu, matanya tidak bisa lepas dari ponsel, karena asik bermain.
Ceritamu menguap.
Ketika kamu melakukan sesuatu, kemudian dia bertanya.
Hm.. rupanya dia lupa dengan ceritamu. Iya kan? padahal kamu udah cerita paling semangat.

Tahu ngga rasanya, seseorang berubah karena hobi lamanya kembali lagi.
Semacam dulu dia sering cerita sekarang justru banyak menatap layar ponsel.

Rasanya tidak diacuhkan apalagi didengarkan.

Iya sih semua orang berubah. Jadi, bagaimana caranya aku harus respon perubahan itu?

Lelah ya... lelah banget. Setiap kali melihat orang yang terkena phubbing.
Menguras energi gitu.
Padahal dulu sebelum terkena phubbing, dia adalah sumber energi.
Melihatnya seperti mencari tahu "ada energi baru apa hari ini?" seperti "yes.. ada sharing apa lagi hari ini".

Dan kini setelah phubbing datang dalam sendi-sendi kehidupan kami,
aku memilih untuk diam saja. Tidak ada kata terucap. Tidak perlu lagi percakapan. Karena percakapan pun menguap begitu saja. Dilupakan pada saat itu aja.

Phubbing oh phubbing. Semalaman aku menutup mata, lebih baik tidak melihat apa-apa dibandingkan harus melihat seseorang terkena phubbing apalagi melakukannya sambil merokok.
Karena dengan menutup mata aku menyimpan energiku.

Dulu, dia adalah tambahan energi ketika melihatnya. Namun sekarang, menutup mata adalah caraku untuk menyimpan energi agar tidak kelelahan sendiri.


Aku menyimpan energi entah sampai kapan.

Sabtu, 17 Februari 2018

MENIKAH


“Seseorang semestinya memutuskan bersama orang lain karena menemukan keutuhannya tercermin, bukan ketakutannya akan sepi.”
Dee Lestari, Rectoverso


Sudah lama tidak menulis di blog sendiri. Mungkin karena sibuk di hari-hari yang menggemaskan ini, sampai lupa kalau menulis adalah cara merefleksikan diri .
Oh iya, pengumuman pengumuman.. saya sudah menikah. Menikah dengan seseorang yang pastinya dia duluan yang mengajak menikah.
Semoga bukan karena dia kepepet harus menikah ya (piss abang mas)

Yang menarik adalah aku menikah dengan seseorang yang secara adat istiadat, aku ngga mau. Bahkan kalau bisa jauh-jauh saja. Yes, dia bersuku batak. 
Kenapa aku ngga mau sama orang batak?
Iya, adat pernikahan mereka itu ngga simpel (aku ngga bilang ribet loh)
aku yang bukan dari suku batak, harus diangkat secara suku dulu, baru resmi masuk ke keluarga mereka.
Resiko? iya. 
Tapi aku mencoba, walau di dalam hati gerutu-gerutu itu aja masih aja ada

Dia ngga cuman baik, tapi dia melengkapi apa yang menjadi kelebihan dan kekuranganku.
Dia menyebalkan, iya dan aku juga tidak sempurna di hadapannya.
Dia memiliki pikiran-pikiran yang luas, perhatian yang biasa aja (itu aja perhatian mesti dikodein dulu - psstt... sampai detik ini belum pernah dibeliin bunga, untung kalau lagi bete doi langsung beli mcflurry oreo sama kentang goreng - gilak ye.. aku gampang dibahagiain), tapi di atas semuanya itu dia mau menarik kekuranganku dan sama-sama belajar untuk memperbaikinya.

Aku di matanya, tentu biasa aja. Dibandingkan sama perempuan-perempuan yang dia dekati, aku ada di level biasa aja. Secara pendidikan, secara fisik (eh ngga juga sih.. kalo ini masih agak pede lah ya), ya ampun aku tahu ada di posisi mana.
Cukup seminggu dia rajin pendekatan. 
Cukup semiggu aku ditaklukan? Iya.. soalnya dia mau loh diajak doa bareng. 
Sesimpel itu aku dibuat jatu hati.

Dia punya masa lalu yang kelam, aku punya bekal masa depan yang biasa saja.  
Dan kami memutuskan menua bersama di tanggal 17 Feb 2018.
Sebenarnya menikah tanggl 18 Feb 2018 adalah impian. Karena stolanya sudah warna ungu dan tanggalnya cantik. Yah.. tapi apa boleh buat, gereja tidak mengijinkan pernikahan di hari Minggu.
Akhirnya berjalanlah pernikahan yang... ya sudahlah.. ada suka dan dukanya di tanggal 17 itu :))

Karena ngga semua rencana harus berjalan baik sesuai apa yang diharapkan. 
Tapi menerima kebaikan - kebaikan kecil juga patut diperhitungkan bukan?

Aku sudah menikah. Keputusan besar? Iya.. menutup banyak kesempatan besar? Ngga.. justru aku mendapatkan kesempatan belajar seumur hidup untuk memahami satu orang yang itu - itu saja. Dibandingkan harus bergonta-ganti memahami seseorang yang belum jelas kapasitasnya, aku untuknya sebagai apa.
 

 

Senin, 22 Mei 2017

Ada yang...

Ada yang kau beri bunga, tapi tidak kau perjuangkan sampai akhir.

Ada yang kau anggap istimewa, tapi kau menyerah di tengah jalan.

Ada yang kau anggap dia adalah jawaban doa, ternyata dia juga yang memberi pelajaran.

Tapi, ada yang tidak kau sangka-sangka datang, ternyata dialah akhir dari penantian panjang.

Tapi, ada yang kau anggap hanya sebuah candaan, ternyata dialah keseriusan yang kau dambakan.

Cinta selucu itu.
Semenarik itu.
Sepahit itu.
Sebegitunya.

Aku tidak bilang mudah, hanya sebuah rasa percaya, kalau liku-liku ini akan berakhir. Semudah itu.

Follow my Twitter @_heniie