Senin, 10 November 2014

TRANSIT SEPERTI PARASIT

Ada yang tiba-tiba menarik.
Dan aku tertarik.
Ia datang membawa mimpi-mimpi
bayangannya membuat lupa diri.
Dulu kata-katanya meyakinkan.
Dulu intensitas perbincangan yang dinomorsatukan.
Lama-lama sadar diri. 
Bahwa hati ini seperti bandara di pulau terpencil
Lama-lama menilai diri.
Jenuh menjadi kata kunci.
Banyak pesawat yang datang ke pulau kecil ini.
Mulai dari pesawat herkules hingga pesawat komersil.
Namun tetap saja, ia adalah pulau kecil. 
Penghuninya hanya ia seorang diri. 
Mungkin tidak ada yang betah berlama-lama
Sulit membangun sebuah peradaban baru di pulau kecil ini.
Rata-rata mereka hanya transit lalu pergi lagi.
Parasit saja bahkan tidak pergi-pergi.
Parasit saja tidak hanya transit.
Entah kamu parasit atau hanya salah satu yang transit.
Atau awalnya transit kemudian menjadi parasit.


Malam setelah hujan.
Merenung banyak-banyak.
Bahwa memikirkanmu menambah parasit di pikiranku.
Karena tersadar hati ini semacam tempat transit yang siap dikosongkan kembali.


-etysuheni dan sudah menghabiskan satu biskuit-

LIMA BULAN

Well... sudah lama tidak ngeblog dan tidak menulis. Rasanya kuku-kuku gatel. Kata-kata hanya berceceran di kepala, namun malas mengungkapkannya lewat tulisan. Karena menulis butuh tenaga, butuh niat, butuh rasa galau yang diam-diam merayap.
Akhirnya setelah galau skripsi... sayapun diperbolehkan diwisuda dengan ipk yang standar dan ga neko-neko. Cukup pedelah untuk melamar kerja di kemudian hari kelak. Puji Maha Baik.
Kurang lebih sudah lima bulan saya jadi pengacara. Pengangguran banyak acara. Basi banget ya kan singkatan itu. Mungkin sekarang zamannya lulus dan dapat kerja. Lebih dari itu berarti kemampuan kamu dipertanyakan :(
Sudah lima bulan saya dinyatakan sebagai sarjana. Lulus dan saat ini masih menganggur. Entah sampai kapan. Semoga secepatnya saya bisa ganti nama pekerjaan di KTP dari mahasiswa jadi wiraswasta.
Bolak-balik Jakarta untuk test psikotest dan mengejar jobfair. Belum ada hasil tapi masih bisa bernafas dan makan. Puji Maha Baik.
Sekarang tinggal menunggu salah satu perusahaan tertarik melihat CV dan kemampuan saya :)

Teman-teman saya beberapa sudah ada yang bekerja. Baik di perusahaan keluarganya, di perusahaan kenalannya, ataupun di perusahaan orang lain. Gaji mereka tidak besar. Tapi mereka keren, menambah pengalaman itu yang paling utama. Sayangnya, saya tidak bisa mengikuti contoh mereka. Karena rata-rata mereka bekerja di ibu kota dan kebutuhan di sana tidaklah kecil. Maka dari itu, saya cukup kesulitan. Karena yang sayang inginkan adalah bekerja bukan hanya magang. Mungkin ada pertimbangan lain, jika itu dilakukan di Bandung, tempat saya bernaung.

Hem... tapi sebelum bekerjapun saya sudah ditegur lewat email. Kenapa?
Karena saya lupa memberi salam kepada sang HRD. Baiklah.. bagian itu saya mengakui saya ceroboh dan minus untuk sopan santun :(
Mungkin terlalu terburu-buru untuk mengajukan pertanyaan, karena banyak pesan yang beliau sampaikan namun memiliki banyak tanda tanya di kepala. 
Jadi begini, saya sempat ikut psikotest di salah satu media swasta dan sekali lagi Puji Maha Baik sayapun lolos. Walaupun menjadi orang hampir terakhir yang disebutkan namanya. Saya juga heran. Namun, Maha Baik punya rencananya sendiri.
Mereka menjanjikan akan ada Medical Check Up, dua minggu setelah pengumuman lolos psikotest.
Dua minggu lewat... dan teman saya sudah ada yang dipanggil. Bahkan ia sudah mulai bekerja di awal November ini. Ya.. teman yang baru berkenalan, pada saat itu masih test bersama-sama.
Tiga minggu lewat... tidak ada pemberitahuan. Saya mulai pasrah sempurna. Akhirnya saya mencari-cari lagi pekerjaan.
Sebulan kemudian dapat email, tentang keterlambatan dan ternyata ada kendalan dengan pihak instansi kesehatan yang bersangkutan. Baiklah... harapan saya muncul kembali. Dan tetap sembari mencari lowongan sana sini. Saya sudah bosa menganggur. Badan saya hancur. Otak saya tumpul.

Dua minggu kemudian saya mendapatkan email kembali. Isinya mengenai dimulainya pekerjaan di bulan November. Namun, tanggal, alamat, waktu, dan sebagainya belum dipastikan. Hanya kami disuruh bersiap-siap. Logika saya mulai bertanya-tanya.
Tadinya saya tidak ingin bertanya ini itu. Tunggu saja pemberitahuan selanjutnya.
Namun, orang-orang sekitar memaksa agar balik bertanya. Supaya terlihat ada timbal baliknya, kata mereka.
Maka dari itu, saya membalas dengan subjek yang baru, dan tidak membalas melalui pesan sebelumnya.
Sayangnya, karena terburu-buru hingga lupa memerhatikan cara berkirim pesan yang baik dan sopan. Etika saya mungkin langsung minus di mata sang HRD.
Apalagi pertanyaan saya langsung berjumlah empat. Yang pasti membuat kesal beliau.
Ya... pengalaman. Pelajaran sangat berharga. Dan saya sangat bersyukur karena ditegur. Dari sanalah kelak saya akan bertutur dan menyampaikan suatu tulisan dengan sopan nan santun.
Saya percaya, suatu hari nanti teguran akan menempa dan membuahkan hal-hal yang baik dan manis.

Pada akhirnya beberapa hal yang bisa dipelajari dari lima bulan ini adalah:
1. Sopan santun dalam berkirim pesan. Memakai salam dan mengucapkan terima kasih setelahnya.
2. Jangan memberitahu sesuatu yang belum pasti, sehingga tidak menimbulkan pertanyaan sana-sini.
3. Terima teguran dengan lapang dada. Meminta maaf jika yang bersangkutan tidak berkenan.
4. Berpikirlah postif dan jangan mudah menyerah.
5. Tetap menulis!

Follow my Twitter @_heniie