Jumat, 31 Januari 2014

Diri Sendiri

Jatuh cinta jangan ragu-ragu, nanti kamu selalu meracau.
Jatuh cinta jangan ditanya melulu-lulu, nanti kamu memilih yang salah karena diburu-buru.
Jatuh cinta itu tujuan. Jika tidak sanggup ke depan, lebih baik kembali dan jangan ragu-ragu untuk melupakan.
Jatuh cinta itu kehebatan untuk bertanya dan menjawab apa yang menjadi pilihan dalam perbedaan.
Jatuh cinta itu seperti mengaduk kopi, kamu tidak akan pernah tau apa yang terjadi, dan apa rasanya nanti.
Jatuh cinta itu berani mengungkapkan, kalaupun tidak kejadian, yang penting kamu tidak penasaran.
Jatuh cinta itu menjadi diri sendiri, jika kamu pura-pura, nanti kamu ditinggal pergi dan tetap saja sendiri.
Jatuh cinta itu jangan egois, karena kamu tahu cinta tidak selalu mengais namun memberi.
Jatuh itu sakit, cinta selalu terlihat lebih manis. Karena itulah jatuh selalu lebih dulu, lalu cinta menyusul sambil membawa sedikit janji-janji puitis.
Jatuh cinta itu masalah penantiaan. Jika kamu tahu yang dituju tak kunjung datang, beranjaklah, karena Tuhan mau kamu menjalani kebahagiaan lain.
Jatuh cinta itu sumber imajinasi, memang benar apa kata orang dulu "kamu tidak akan pernah tahu, tanpa merasakannya sendiri"
Jatuh cinta itu permasalahan sendiri, kamu memecahakannya sendiri, kamu merasakannya sendiri, kamu mencarinya sendiri, kamu menangis sendiri, kamu kacau sendiri, bahkan kadang kamu berjuang sendiri. Namun ada yang selalu kamu lupa, seharusnya kamu lebih dulu mencintai diri sendiri dan memperbaiki diri
Mungkin cinta yang pasti sedang menanti dan kalau kamu belum siap sejak dini, kamu akan kewalahan sendiri.
Jaga hatimu, cinta datang seperti pencuri.

Rabu, 29 Januari 2014

Salahkan Lensa Kamera!

Aku tidak bermaksud menipu siapapun. Sungguh.
Jika fotoku tidak semirip wajahku, aku tidak bermaksud menipu, atau mengedit foto-foto itu dengan meniruskan bagian pipinya, memancungkan hidungnya, tampak tinggi, atau yang lebih kacau tampak lebih dewasa dari aslinya.
Oh... God... udah tidak tahu lagi bagaimana bisa itu terjadi.
Terdengarnya seperti hal sepele dan berlebihan. Namun itu seakan-akan menjadi masalah utama.
Bertemu orang baru atau berharap orang lain melihatku sama seperti ketika mereka melihat fotoku atau aku justru kadang-kadang berharap mukaku seperti fotoku. Damn.
Ternyata sulit ya menerima hal-hal yang seharusnya tidak nyata, harus menjadi nyata.
Jadi, tolonglah.. itu bukan mauku harus berbeda dari sebuah foto, aku juga ingin, foto itu mencerminkan aku di dunia tanpa lensa kamera.
Salahkan lensa kamera, jika apa yang dilihat di dalam sana berbeda dari hasil di dunia nyata. Salahkan lensa kamera, membidikku begitu rupa. Salahkan lensa kamera :(
Jika kamu mau menerimaku hanya karena because fotoku, lebih baik berpikir ulanglah, karena bisa-bisa perbedaannya agak jauh.
Namun jika kamu menerimaku bukan karena fotoku, aku mungkin akan lebih percaya diri dari sebelumnya.
Aku sekarang sedang mengembangkan bakat percaya diri, yang harus dipupuk sedari dini.

Jumat, 24 Januari 2014

Terbiasa

"tresno jalaran soko kulino"
Ini pepatah Jawa yang terkenal banget, artinya juga sederhana saja Namun dampaknya memang ada.
"Cinta datang karena terbiasa". Terbiasa apa? Terbiasa bertemu, terbiasa berkomunikasi, terbiasa meminta bantuannya, terbiasa dan terbiasa. Sehingga ketika cinta itu pergi, pastilah ada rasa yang tidak 'biasa'. 
Hebatnya ada orang-orang yang cepat melupakan kebiasaannya. Mereka orang-orang tegar yang tahu hidup ini tidak hanya untuk hal-hal yang 'biasa' tapi juga hal-hal yang 'luar biasa'.
Asik banget nulis-nulis gini di tengah padatnya jadwal menulis skripsi.
Mungkin harus terbiasa menulis skripsi supaya jatuh cinta dengan skripsi, namun jangan-lama-lama harus segera bersidang cerai dengan skripsi. Supaya terbiasa bekerja di bawah tekanan. 

Baiklah.. mari mengingat pengalaman teman-teman yang sudah membuktikan pepatah jawa ini.
Mereka terbiasa diucapkan "selamat pagi" dari pesan singkat.
Mereka terbiasa diucapkan "semangat" dari sebuah jaringan komunikasi.
Mereka terbiasa bertemu.
Mereka terbiasa saling memaki akhirnya jatuh hati.
Mereka terbiasa saling mengunjungi.
Terbiasa...
Bagaimana mereka yang awalnya sudah lama 'sendiri' tiba-tiba harus terbiasa dengan adanya sesuatu yang 'baru'?
Di antara mereka pasti ada yang sudah menantikkan sejak lama sehingga mereka siap dengan 'kebiasaan baru', namun bagaimana dengan mereka yang tidak 'siap' rasa-rasanya pasti agak rancu.
Sebenarnya  menerima perubahan itu akan 'biasa' pada akhirnya kalo intensitas untuk menjadi 'biasa' lebih sering terjadi. Buat mereka yang tidak siap, mungkin dengan adanya intensitas komunikasi, pertemuan, perbincangan, menyemangati, menghibur satu dengan yang lain akan ada rasa 'biasa' bagi mereka yang belum 'terbiasa'.
Jangan tanya aku. Kalau aku, bagaimana mau 'terbiasa', komunikasi jarang ada, dan rasanya masih timbul tenggelam. Mungkin nanti Tuhan punya cara untuk membuat aku 'terbiasa' entah kapan...
alon-alon asal klakon :)

Senin, 13 Januari 2014

Percakapan Gak Penting

Hari senin yang mendung menjadi latar percakapan kami. Setelah makan siang, aku memutuskan untuk leyeh-leyeh dulu di dekat kamar mama. Sambil mama menyetrika, aku dan mama mengobrol santai. Tentang keluarga, tentang hal-hal sepele, seperti dulu waktu mama lomba kebaya, make up di mana, soalnya dia cantik banget waktu itu, ngobrol-ngobrol nanti pake kebaya warna apa buat wisuda kelak, habis itu diomelin, jangan kebanyakan mikir pake kebaya model apa dan warna apa, tapi pikirkanlah revisian!
Oke baiklah.
 Habis itu dimarahin, gara-gara mikirin jalan-jalan melulu. Oh God, I love travelling and i can't stop my imagination for not speaking about that.
Mamapun giliran bercerita, ini sih awalnya ngobrolin keluarga si bos yang ngajak mama ke undangan nikahannya orang batak di sebuah hotel mewah di Bandung. Hahaha...
Sambil manyun, gara-gara mama cerita di sana banyak makanan yang enak-enak, akhirnya aku mikir sesuatu dan berani bertanya "waktu itu kok heni gak diajak? Emang heni lagi di mana?"
Si mama sambil lalu ke dapur nyeletuk "Gak tau. Heni kan bukan anak rumahan, kerjaannya keluyuran"
Oke fine....
Sebenarnya predikat 'keluyuran' udah dari zaman masih SMP. Orang lain, kalau pulang sekolah langsung pulang, atau pergi les privat, heni kalo pulang sekolah, hehehe.... tau gak ke mana? Lembang. Ke rumah teman, metik stroberi, leyeh-leyeh dan pulang setelah jam 19:00 malam.
Setelah banyak kejadian geng motor di Bandung, aku jarang keluyuran lagi, suer... bukan karena takut gelap atau karena hantu-hantu di Bandung yang belum ditertibkan, sebenarnya lebih takut sama manusia jahat yang berlebel geng motor. Akhirnya, keluyuranpun pindah ke lokasi lain.
Percakapan siang yang mendung hari ini emang gak penting banget, tapi kalau bikin mama frustasi sih sering, hahaha.. anaknya kalo ngomong pasti gak jauh-jauh soal sepatu, baju, dan jalan-jalan. Lalu hujanpun turun dengan derasnya dan aku beranjak ke kamar menyalakan blanco.

Jumat, 10 Januari 2014

Perempuan di dekat toga kepala

Kadang menulis dalam kemacetan itu seru juga. Apalagi ketika hujan mulai turun deras dan jalanan macet total seperti sekarang ini.
Well... i'm talking with my brain and heart right now.
Tetiba terpikir, nanti kalau aku diwisuda, memakai toga, dan lulus dengan baik-baik saja. Siapa yang akan datang memberikan ucapan "selamat"?
Jawabannya "banyak"
My family of course.
Tapi family seperti apa sih? Atau siapa sih?
Jawabannya adalah "perempuan-perempuan tangguh"
Kata tantenku yg di Jakarta, "kalau bisa kamu undang mbah putri (nenek) juga pas wisuda"
Sebenarnya ada jeda diam yang cukup lama di kepalaku.
Semuanya perempuan. Mamaku, nenekku, dan seorang tante.
Tidak adakah laki-laki yang.akan hadir kelak?
Selain supir taksi yang mungkin, kami pakai taksinya untuk pergi ke Graha Sanusi.
Boleh aku sirik akan beberapa hal?
Yap... orang lain mungkin akan berfoto bersama ayah dan ibunya.
Kakak dan adiknya, atau mungkin pacarnya.
Jangan tanya aku?
Aku kan anak tunggal, dari satu ibu dan kekosongan sesosok ayah.
Sepupuku yang laki-laki aku tidak dekat dengan mereka, mana mungkin mereka datang.
Om dan pakdeku pun tidak mungkin.
Jadilah nanti semua yang di dalan foto album adalah perempuan-perempuan tangguh.
Pacar? Ha.... pertanyaanmu lucu sekali hati... agak lama sepertinya itu terjadi. Sampai Tuhan bilang "ini yang pasti"

Tapi perempuan-perempuan hebat itu lebih dari cukup, itu berarti sebuah pertanda masih ada kasih di antara kami semua. Perempuan, perempuan yang punya cita-cita.

Kamis, 09 Januari 2014

Gelas yang Jatuh

Kalau kamu pernah menonton sinteron, lalu melihat sebuah adegan gelas jatuh, pasti di saat bersamaan tokoh di dalam sinetron tersebut kecelakaan-lah, mati-lah, atau ada sesuatu yang buruk pasti terjadi di dalam adegan tersebut.
Malam ini aku berniat menyeduh kopi, begadang mengerjakan bab satu sebelum besok (mudah-mudahan) bertemu dosen pembimbing untuk revisi tahap pertama. Aku memang memikirkan seseorang sambil menyeduh kopi, aku taruh gelas yang sudah diisi kopi ke pinggir meja dekat dapur, namun entah mengapa, tangangku menyenggol sebuah gagang kain pel di pinggir meja tersebut, padah gerakan kain pel itu pelan, namun gelas yang di pinggir meja, jatuh lalu pecah.
Pertanda? Atau ya memang kebetulan?
Namun karena gelas jatuh itulah, akhirnya aku menulis kembali. Bisa-bisa aku terjebak dalam kebingunganku sendiri. 
Kalaupun pertanda seperti yang ada di sinteron-sinteron, aku tidak mau hal itu sampai terjadi. Jangan sampai, dia yang tengah kupikirkan semoga baik-baik saja.
Ada lagi pertanda kedua, umpanya saja gelas itu hatiku. Lalu memikirkan dia. Kemudian akhirnya pecah juga. Hancur berkeping-keping, berantakan.  Apakah itu pertanda, aku harus berhenti memikirkannya?
Apakah itu pertanda, kalau nanti aku memikirkannya terus menerus akhirnya hancur juga?
Kalaupun benar, lewat sebuah tanda gelas yang jatuh, aku akan mencoba melupakan. Pasti bisa.
Move on yang seperti zaman sekarang sudah digembar-gemborkan sudah kulakukan berkali-kali. Untuk kali ini pasti bisa. 
Kalau Tuhan "belum", jangan paksa Tuhan untuk menyentuh doamu, sehingga kamu dengan rakusnya, bertindak membodohi diri sendri.
Lagi pula beberapa minggu ini, kami tidak berkomunikasi, lalu apa yang harus diharapkan lagi?

Follow my Twitter @_heniie