Selasa, 28 Februari 2017

Di suatu hari yang baik.
Tuhan akan mempertemukanmu dengan seseorang.
Yang menjadikanmu tujuan dan bukan lagi pelarian.
Kamu cuma butuh kesabaran.
Di suatu hari yang baik :)

KERANG OSENG SOS



Pembicaraan kami malam itu diakhiri dengan sebuah kalimat "nanti kalau pekerjaanku sudah selesai, aku bawain kerang osengnya."
Dan aku percaya, ia akan datang dengan kerang oseng favoritku.

Aku melihat jam, sudah pukul 02:00 pagi rupanya. Pilek dan batukku sedang di puncaknya. Demam menyerang pagi itu, hingga sulit memejam.
Kondisi badanku akhir-akhir tidak bisa dikontrol, ia sedang kepayahan menerjang cuaca. Biasanya tidak begini. 

"Lekas sembuh lekas sembuh" begitu sugestiku setiap kali minum obat OBH Combi Plus Flu dan Batuk. 

Perempuan mana sih yang ngga suka dijenguk? Atau perempuan mana sih yang ngga suka ditanya "gimana? Udah baikan belum?". Tapi itu tidak berlaku hari ini.
Aku bergerak sendirian ke kamar mandi sambil batuk-batuk. Dan untung malaikat Tuhan masih menjaga, ia menjagaku dari lincinnya lantai kamar mandi.

Jadi ini hari Selasa ya? Kerang Oseng tidak akan pernah datang. Selamanya. Kenapa?
Yes. Aku mengalah demi kebahagiaan orang lain. Aku terima kalau aku bukan bagian dari hari-harinya. Aku mengalah daripada mengingkari janji. Mundur dan terima. 

Mengenai kerang oseng itu, ia sudah berbentuk menjadi sebuah foto selfie di sebuah acara wisuda. Sudah membuat kenyang.

Aku terima kerang osengnya.
Iya seperti kerang. Ia punya dua cangkang. Sama seperti kerang, dua kali dengan kejadian yang sama. Yang pertama dengan sejuta maklum. Yang kedua, aku tahu cangkang itu sudah tidak lagi bisa menahan gempuran.

Dan aku sadar, selama ini ketika meminta selesai, kerang osengku sudah habis diambil orang.

dan nowplaying hari ini adalah


 “Aku telah merasa dari awal pertama, kau takkan bisa lama berpaling darinya”
“ternyata hatiku benar. Cintamu sekedar tuk sementara”
“KEMBALILAH PADA DIRINYA. BIARKU YANG MENGALAH. AKU TERIMA”
 

Senin, 13 Februari 2017

Dari hari Jumat pagi badan gereges gereges gimana gitu.
Terus Sabtu pagi sampai sore ngga makan karena ngga nafsu makan. Faktornya mungkin mental, nangis muluk, sama ya emang daya tahan tubuhnya lagi jelek aja.

Karena pingin banget liat Barry Likumahuwa dan aksinya yang keren di hari Sabtu. Pergilah aku dan temenku ke Grand Indonesia dengan kondisi belum sarapan ataupun makan siang. Sampai sana langsung ke lantai 8 dan jadi Penikmat Seni, begitu sebutan untuk penonton di Galeri Indonesia Kaya.
Seru banget..
Pulang dari sana lemes bukan main, "gue harus makan" meskipun ngga nafsu makan. Gila ya.. sedih bisa bikin ngga nafsu makan.
Hm.. dan asam lambung mulai naik.

Dan temenku itu ngajak melakukan hal konyol. Jadi, kita ke timur buat sekadar bakmi Jogja Fahma. Sampai sana mienya abis dong. Tapi ibunya bilang lagi dianter. Kita nungguin tuh mie sampe satu jam.
Aku jadi sedih kalau inget Jakarta Timur :((
Too much memory.
Karena kangen angkringan pakde, aku terobos ujan, cuma buat beli sate usus, ceker, dan otak-otak.
Ah Jakarta Timur, makanan sederhana bisa seenak itu.

Dan hari Minggu ini dengan kesedihan yang sama karena baru cek email, akhirnya nangis muluk sampe ketiduran. Hampir aja ngga ke gereja. Dan lagi lagi ngga makan. Akhirnya dengan tekat bulet, sebulet perut. Sebelum gereja harus mampir warteg buat makan.
Pukul 15:30 berangkat dari kosan, mampir warteg di deket Permata Hijau. Pukul 16:00 lanjut berangkat ke Menteng buat gereja di GPIB Paulus.
Puji Tuhan, dapet pendeta yang secara personal dia seru bawain firman. Jadi ya sedihnya sedikit tertahankan.
Tapi ya ada rasa nyess, soalnya cita-cita ke gereja berdua belum kesampean. Pingin deh gereja berdua dan di dalam doa bilang, "ini loh Tuhan calon teman hidupku yang ada di sampingku. Gimana? Tuhan berkenan ngga?"

Sepanjang pulang gereja, di balik helm ya nangis, kepikiran terus. Sampe kosan ya tidur karena udah saking lelahnya. Lupa makan lagi.
Baru bangun pas mama telepon.
Dia sih tau aku nangis, dia ngga ngomong apapun, cuma suruh jangan lupa makan. Nangisnya udah, nanti dada kamu sesek. Iya... aku kalau udah nangis bisa kayak orang kena asma, bengek bengek ngga jelas terus bisa sakit kepala. Saking ngga tau cara ngeluapinnya.
Terus ketiduran lagi. Belum makan.
Dan harus makan, daripada asam lambungnya naik, siapa coba yang mau nolongin.
Makan sate di deket kosan. Ngga nafsu sama sekali. Ngga abis.
Tetep keadaannya sambil mewek.

Tapi ya udahlah, nangis muluk kan lelah ya. Buktinya sampe ketiduran beberapa kali.
Besok harus alihkan dengan olahraga pagi. Semoga ngga ujan. Jadi bisa lari pagi dan semoga bisa sedikit hepi. Meskipun sulit sekali.
Gimana ngga sulit, wong jelas atine iseh sayang. Piye jan.

Oke deh. Selamat malam, Tuhan peluk aku dan harapanku. Ia mengusap air mataku dengan cara yang ajaib, entah bagaimana.

Jumat, 03 Februari 2017

SABTU MINGGU

Sabtu Minggu adalah hari Rindu.
Di saat pekerjaan penat menyentuh lima hari penuh, rasanya ingin sekali mengadu.
Kenyataannya adalah kau dan dia berjarak dalam kondisi tertentu. Bukan jarak tempuh, tapi ada cerita yang sendu.
Jangan terlalu banyak menuntut! Waktunya di hari Sabtu Minggu bukan milikmu. Ia milik janjinya.

Kau harus bertahan sampai kapan tahu. Sampai semua yang diucapkan menjadi nyata.
Jika tidak menjadi nyata, adalah realistis untuk tidak memaksa.
Mungkin kamu memilih pergi atau mana tahu datang lagi kalau itu adalah jodohmu.

Sabtu Minggu tak pernah ada dia di balik penatmu.
Kamu harus tangguh.
Sampai ia menepati janji, Sabtu Minggumu adalah kekecewaan yang terukur penuh. Hari mendung dan harapan yang gaduh.

Aku, si Sabtu Minggu yang payah menunggu.

Follow my Twitter @_heniie