Minggu, 17 November 2013

Dini hari masih sepi, belum ada tanda-tanda orang satu komplek mengerjakan aktifitas. Hanya terdengar adzan subuh, namun ayam belum berkokok tanda pagi  menggapai. Matahari sedang bergerak dari ufuk timur, sebentar lagi pagi, aktifitas dimulai.
Bergegas ia mengambil tas ranselnya, demi satu bangku bis kota sebelum gerombolan orang mulai bergerak bekerja tanpa hati.
November adalah musim hujan, gerimis-germis romantis, seperti senyummu yang manis, semanis kismis.
Malam sebelum ia sakit, ia hujan-hujanan sepatunya basah karena banjir yang mulai berdatangan. Kali ini wajahnya lesu melihat jendela di rumah. Ada bayang-bayang yang tidak bisa ia gapai. Selimut membungkus tubuhnya yang mulai panas, ia demam. Demam rindu? bukan... ia demam sungguhan.
15ml obat sirup sudah habis ia minum, berharap ia segera lekas sembuh. Di tengah kesendiriannya melawan demam, ia mungkin butuh seseorang untuk berbagi cerita. Sayangnya tidak ada.
Ia akan sembuh tanpa bercerita.

Follow my Twitter @_heniie