Setiap malam minggu pasti teringat sesuatu. Bunyi dering yang selalu ditunggu. Sudah berminggu-minggu.Namun sekarang hanya cerita masa lalu. Semoga tidak galau karena ingin tahu.
Semua tentang kamu.
Minggu, 30 Juni 2013
Jumat, 28 Juni 2013
Semester Enam
Akhirnya semester enam yang penuh lika liku, tugas ini itu berakhir sudah. Rasanya lega sekali bisa menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan cukup baik, walaupun tidak sempurna, dan masih banyak kekurangan. Semester ini buatku adalah semester paling berat dan memiliki beban yang lebih dari biasanya. Semester enam adalah semester dengan mengulang banyak mata kuliah. Mulai mata kuliah semester dua sampai semester empat. Rasanya ikut mata kuliah mengulang seperti tinggal kelas dan kembali lagi di pelajaran yang sama namun dengan rasa yang tidak malu seperti tinggal kelas di sekolah.
Tidak mau berandai-andai lagi. Tidak mau lagi memakai kata "semoga", karena tidak semua harapan berujung kepada kenyataan.
Minggu, 23 Juni 2013
Sepulang Gereja
Rabu, 19 Juni 2013
KAMU SEDANG BOSAN
Rabu, 12 Juni 2013
DIA BERI TANDA
DIA tidak pernah terlambat memberi. Bahkan tidak pernah alpa DIA menjenguk.
Aku minta tanda. DIA beri nyata.
Aku minta tanda. DIA beri kekuatan.
Karena DIA tahu, aku tidak sanggup menerima tanda itu sendirian.
DIA beri tanda. Aku kecewa sendiri. Aku berdiri, DIA biarkan aku belajar berlari.
Tanda ini mungkin sengaja dipersiapakan, sampai aku sanggup mengetahui. Sampai mana kisah ini akan berakhir.
Aku percaya, tidak selamanya tanda membenarkan segalanya.
Aku percaya, DIA menyempurnakan segalanya.
KataNya, aku tidak perlu kuatir, karena hari-hari yang getir. Karena itu membuatku kuat bukan main.
DIA beri tanda. DIA beri air mata. DIA punya cara. DIA penuh rahasia. Rahasia indah, rancangan damai sejahtera.
Minggu, 09 Juni 2013
Gugur Berterbangan
Angin menyentuh serat itu. Bergerak menjauhi pohon. Pohon itu akan tumbang sebentar lagi. Beruntunglah daun yang lebih dahulu jatuh. Ia mempunyai sekian juta peluang untuk tidak tertimpa pohon itu.
Ada daun yang lebih beruntung. Ia menyapa angin. "srrt" ia melepaskan diri dari pohon dan bergerak.
Ia tidak jatuh ke bawah. Ia tertiup angin. Angin malam penuh nuansa dingin.
Seseorang melihat daun itu. Mencoba meraihnya, daun itu sampai masuk ke sela-sela jari genggamannya. Daun itu lepas. Ia diperas. Berguguran.
Tidak ada satu mahlukpun yang peduli dengan keberadaan daun itu. Ia diinjak. Entah apa rasanya. Ia juga tidak tahu. Karena seluruh seratnya telah hancur dan membelah menjadi beberapa potong bagian. Hingga seperti atom yang tak terlihat.
Ia terbang... setelah gugur, ia tersapu jalanan. Terbang... bagian-bagian kecilnya bergerak perlahan. Mundur atau maju ke belakang.
Dengan berguguran dan berterbangan, ia melihat dunia. Dunia yang sebelumnya hanya ia saksikan dari atas, tanpa bisa menuruni langsung.
Ia merasakan bumi. Kejamnya bumi. Kebaikannya bumi. Ia cicipi... dengan anggota serat yang sudah lepas satu dengan yang lainnya.
Terkadang, ia merasa, bahwa seratnya yang telah hancur membuat ia belajar. Belajar menikmati dunia. Belajar terbang dari jalan satu ke jalan yang lain.
Ia puas mencicipi kehangatan jalan. Kelembapan tanah. Ia puas.
Ia disapu oleh petugas kebersihan. Rasanya sakit. Sapu itu tajam. Seratnya makin sulit disatukan.
Ia masuk ke dalam kotak. Di sana... ia bertemu dengan serat yang lain. Berbagi cerita. Ada duka ada suka. Hingga pada akhirnya... ia kembali ke pohon yang sama. Dibuang dalam bentuk serat. Pohon itu tumbang.
Menimpa dia dan beberapa helai daun yang lain. Namun ia tetap merasa berutung. Ia jatuh berguguran hingga terbang dengan alasan. Alasan mencari jawaban tanpa beban.
Sabtu, 08 Juni 2013
Siapa Menyapa
Seperti kisah di hari minggu. Saat dia menepuk pundakku dan menyapaku sehangat mentari. Ia tersenyum. Senyum yang dari jarak jauhpun aku sudah tahu.
Pertanyaan yang meluncur kemudian adalah "Hei... gimana, kamu sudah lulus?"
Walaupun bukan bertanya "kamu apa kabar?"
Aku tetap terpana terpaku. Seakan semua pertahanan diri berlalu.
Aku ingin melompat lebih tinggi, menggapai yang selama ini tidak pernah aku bayangkan akan terjadi.
Baru kali ini, aku payah. Payah dalam berlari dari sebuah tegur sapa.
Kujawab secara polos tanpa menghitungkan tanggapannya "Ya... masih semester enam kak"
Kemudian aku berlalu dan pergi dengan rasa riang tanpa terlihat girang.
Ikanelayan.
Aturan yang Ditertawakan
Sebenarnya apa tujuan melanggar peraturan? Agar sesuatu yang ribet dibuat simpel? Itukah maksud dan tujuannya? Bukannya terbalik ya? Atau ingin membuat orang lain terkesan apa yang sering ia lakukan, kemudian meloloskan diri dari hukuman dengan cara yang tidak biasa. Kenapa ya sulit sekali mencintai kedisplinan.
Paling sedih ketika orang lain yang mencintai peraturan kemudian ditertawakan. Mungkin lucu dan menghibur, jika ada seseorang yang mengomel kalau ada pengendara motor dengan motor gedenya lewat trotoar, kemudian sang pengendara motor bilang "ah.. sudah biasa.. itu kan daerah gue" rasanyaa.... rrrr... mau saya cipok pake pisau dapur tuh orang. Emangnya kalau sudah terbiasa jadi dibenarkan?
Lirik deh ke dalam hati nurani. Jika kamu menjadi pemimpin kemudian kamu membuat aturan, namun apa yang kamu buat dilanggar serempak oleh seluruh staff, apakah kamu tidak gemas melihat tingkah mereka seperti itu.
Oke.. gak usah berandai-andai sampai sejauh itu, apakah kamu bisa menjadi pemimpin untuk dirimu sendiri dan orang-orang di sekitar kamu, kalau kamu sampai merasa hebat untuk menanggalkan aturan?
Oooh... Kamu orangnya bebas? Oke... itu alasan pertama. Kalau kebebesan kamu samapi menganggu sekitar kamu. Kebebesan seperti apa yang kamu tuju? Apa faedahnya kalau kamu bebas untuk mencaci maki seseorang yang berada di lajur depan, padahal lampu masih berwarna kuning untuk segera maju, sedangkan tanda untuk mulai berjalan adalah berwana hijau. Apa sih yang kamu cari? Jika melanggar aturan bisa membuat orang menunduk kagum, namun jika pada akhirnya kamu tahu kekaguman itu juga termasuk kebebasan mencela.
Yukk deh.. kita mulai mengatur hidup masing-masing. Ribet kalau ngatur orang lain. Jika kita sudah pandai mengatur apa yang ada di dalam secara benar, yang keluar akan memainkan perannya dan mengikuti apa yang bermanfaat dari dalam. Tidak akan ada yang percuma jika kita mulai bekerja sesuai aturan.
Sedikit cerita tentang aturan
Oh... mungkin yang paling membuat saya menggelengkan kepala adalah kejelasan aturan dilarang memakai bahan jeans saat sedang melayani di gereja. Iya... kemarin baru pembinaan dan diharapkan semua pelayan tidak memakai bahan jeans. Sayangnya aturan ini ditertawakan :(
Sebagai bentuk ejekannya adalah "cie... yang langsung dipake nih aturan dari dewan", Lah... terus kenapa? Harusnya bangga dong.. karena kita jadi seorang leader yang mampu menembus cara pandang yang salah. Percaya deh... aturan yang baik akan difollow kalau dilakukan dengan bermanfaat.
Sabtu, 01 Juni 2013
Ini Aneh
Beberapa minggu ini, aku selalu mengingat seseorang. Sialnya... ketika mengingat dia, angka di ponselku, selalu kembar.
Katanya... entah kata siapa.. dari planet mana yang mengatakan.. ketika kita melihat angka kembar dan mengingat seseorang, kemungkinan besar orang yang kita ingat, juga sedang mengingat kita.
Well done... penjelasannya seperti ini...
Ketika angka di ponsel menunjukkan pukul 07:07 Mereka seperti saling mengikuti bukan?
Atau hanya sebuah kebetulan. Namun, mengapa kebetulan ini terjadi terlalu sering. Ini Aneh... aneh versi on the way nomer dua.
Kalau saja, benar.... bahwa ia mengingatku. Ada sesuatu yang salah di antara kamu dan aku. Itu pasti kesalahan.
Karena pada dasarnya kami tidak pernah bercengkrama terlalu sering, atau justru kami bercengkrama dalam diam?
Kami juga tidak pernah saling menyapa dalam sebuah percakapan yang panjang, atau justru kami menyapa dalam doa?
Jam kembar ini seakan-akan menjadi tanda, bahwa pikiran ini pernah terbagi sebelumnya. Bahwa kejadian kecil bisa membuat kamu ingat akan sesuatu dan menjadikannya sebagai pemikiran yang satu.
Selamat malam sebelas nol tujuh.