Minggu, 18 Desember 2016

Beragama itu kayak pacaran, santai aja. Kalau belum bisa pastikan masuk surga/jadi nikah ora usah ngoyo. Nek luput isinmu mbok gowo mati. -@adimasnuel

Tik tok tik tok...
Nah.. ini pelajaran penting.
Santai saja. Ingat jangan pertaruhkan apapun. Jangan pertaruhkan waktu dan pikiranmu untuk seseorang yang tidak peduli tentangmu. Yang masih menimang-nimang mau dikondisakan seperti apa hubungannya nanti.

So gais, janganlah terlalu mempublish apapun yang belum pasti. Sesekali boleh. Tapi jangan banyak banyak dan cukup tersirat saja.
Karena benar kata si kicauan adimasnuel. Isinmu digowo mati.

Inget, jangan pertaruhkan apapun yang belum pasti. Itu aja sih intinya.

Selasa, 06 Desember 2016

Ujian yang satu belum rampung. Ada ujian yang lainnya lagi.
Gpp, kalo kata orang-orang biar naik kelas. Entah naik kelas buat saya atau buatmu.

Minggu, 04 Desember 2016

Semoga cara kita meyakinkan diri sendiri. Diikuti dengan restu Semesta.

Segala sesuatu ada porsinya.
Porsi untuk marah. Kecewa. Ragu-ragu. Sedih. Senang. Meyakinkan dan diyakinkan.

Tugas baru menanti. Tuhan memberikan challenge. Apakah kita menjalaninya dengan iman dan pengaharapan sepenuh hati?
Atau sebaliknya hanya berlandaskan emosi?

Dadu sudah dikocok kembali. Entah hoki atau rugi. Apapun hasilnya kelak, Tuhan tidak biarkan kamu sendiri. Genggaman tanganNya selalu tepat saat kamu mulai mengambil keputusan.

Tidak ada keputusan yang salah atau keliru. Yang ada hanya sikap menjalaninya. Yakin atau ragu-ragu. Itu saja.

Green terrace (Desember 2016, dengan angin kencang di Jakarta Timur, dan penantian dua jam di bawah pohon pete cina)

Percakapan kampret malam ini
G - Gege
H - Henceu

H: ye.. gue kan ngga minta nikah besok juga keles. Gue mah minta serius dulu deh.
G: paham Hen... ya gitu salah satu contoh serius, lu diizinkan masuk ke lingkungannya.
Tau ngga kata pendeta gue, kalau Tuhan berkenan pergumulannya sedikit kok.
H: hm.. gitu ya...
G: iya.. ada aja solusinya. Namanya juga hidup kan. Kelar masalah satu, lulus. Naik kelas, ada ujian lagi, lulus, ada ujian lagi.
Kalo ngga gitu mah lu udh di Sandiego kali
H: njir... Sandiego, kemahalan. Pajak sebulannya sama dengan gaji gue. Ngga sanggup ah
G: ya udah di TPU Pandu aja. Murah kok. Lagian lu kan kecil, ngga makan tanah banyak. Almarhum bokap gue, pas buka sama peti terus rumah duka, sekian sekian.....
H: tapi pertahunnya gimana...

*What the absurd... Dari sesi curhat ampe mewek mewek, jadi ke harga tanah kuburan

Sabtu, 03 Desember 2016

SEKARAT

Ibaratnya ada orang sekarat.
Nanya jalan ke rumah sakit.
Si yang ditanya tau arah ke rumah sakit.
Tapi dia malah liat peta.
Katanya untuk memastikan. Lihat kondisi. Menunda lama sekali.
Eh si sekarat mendesak.
Malah dibilang egois, ngga tau kondisi kalau lagi baca peta.

Sampai orang sekaratnya beneran mati di tempat.
Sekarat. Terdesak. Mati di tempat.

Itulah asumsi. Yang ketika ditanya. Sudah tau arahnya, tapi ditunda-tunda untuk dijawab.
Mati di tempat.

Selasa, 29 November 2016

Sedikit- sedikit

Jika sedikit-sedikit kamu memutuskan pergi, mau jadi apa nanti.
Jika sedikit-sedikit minta selesai sampai di sini, daya juangmu lemah sekali.
Jika sedikit-sedikit pesimis akan hubungan ini, mari kita evaluasi.

Apakah ini yang disebut saling memahami?
Jika sedikit - sedikit kamu berbuat begitu begini.
Kau minta aku mengerti, namun ada saja yang kau tutupi.

Kau tahu, kadang lelah menghampiri. Kita bertahan sekuat hati. Aku bingung dan lemah saat ini. Kamu letih dan butuh ruang sampai nanti.

Jika sedikit sedikit perlakuanmu begini, aku curiga, harapan kita ke depan akan terkikis mati.

Senin, 21 November 2016

Dadu

Hidup itu tentang main dadu. Kau menjatuhkan pilihanmu kemudian tidak sesuai ekspektasi. Jangan kecewa terlalu lama. Kocok lagi dadumu dan bersukacitalah.

Sabtu, 29 Oktober 2016

Nomer Dua dan Nomer Satu

Awal tahun 2015, aku membuka lembaran baru dengan seseorang. Kukenal ia lewat dunia maya sejak empat tahun yang lalu. Semua isi tulisanku adalah gambaran tentang perlakuan ia selama empat tahun itu.
Awal tahun 2015, aku memutuskan berkomitmen dengannya. Dengannya saja. Tidak ada pikiranku untuk bersama yang lain. Karena kurasa, hanya dia yang paling memahami. Tanpa status, kami jalani hari-hari kami. Jarang berkomunikasi dan saling memberi kabar adalah hal yang tidak asing lagi.
Komitmen kami terus berlanjut hingga setengah tahun. Ke gereja bersama adalah salah satu bentuk caranya meyakinkanku kalau aku dan dia kelak akan jadi satu.
Tiba di penghujung tahun, kejadian tidak terduga terjadi. Kudapati ia bersama perempuan lain. Kami bertengkar hebat. Sampai aku bilang "pernah aku minta status?" Dia menggeleng. Lanjutku "kita setuju cuma berkomitmen". Akhirnya kuusir dia.
Besoknya ia kembali. Kami baikan. Berapa bulan kejadian serupa berulang.
Semenjak itu, aku tidak percaya pada komitmen.

Easy come, easy go. Adalagi yang datang, membuat begitu banyak perbedaan. Di awal tahun 2016, aku menemukan harapan yang baru. Kuterima ia sepaket dengan masa lalunya. Kami punya status. Sayang komitmennya tidak ada. Hanya berlangsung beberapa bulan saja. Ia pergi meninggalkan luka yang amat dalam. Walau sebentar, luka itu mengajariku banyak hal. Dan semenjak itu, aku tidak percaya dengan status.

Di pertengahan tahun, lika liku kembali terjadi. Aku di ujung harapan. Di ujung kepastian, di ujung keputusan yang mengarah ke keputusasaan.
Ia menorehkan nomer satu untuk komitmen dan nomer dua untuk status.
Dan setelah lika liku ini, aku belajar untuk percaya (jika sebelumnya aku tidak percaya keduanya), aku percaya nomer satu dan nomer dua harus berjalan seiring.
Tidak boleh dipisah atau dibagi.
Karena ketika itu terjadi, sama saja dengan perempuan simpanan yang dengan rela untuk dibagi.

Aku tegas menolak jika seperti itu. Aku membuat komitmen untuk bertahan ke depan. Aku berstatus artinya aku belajar, bahwa satu-satunya alasanku ke depan adalah bersama orang tersebut.
Aku tidak percaya lagi mereka berjalan terpisah. Status dan komitmen berjalan seiring.
Mereka bukan nomer satu atau dua. Tapi mereka satu langkah, dua jejak. Satu tujuan dan dua orang.

Siapa Suruh

Siapa suruh datang ke Jakarta. Kau menemukan banyak cinta, pengorbanan, dan patah hati di kota ini.
Kalau bukan Jakarta,
Siapa suruh menerima begitu rupa cinta yang cepat tanpa tahu apa landasannya kelak.
Siapa suruh menentukkan setiap pertemuan adalah tempatnya pulang, padahal kamu tahu kadang tidak selamanya begitu. Mungkin kamu semacam bandara atau dermaga, bagi mereka yang hendak pergi lagi. Dan meninggalkanmu dalam keadaan sunyi penuh kenangan.

Siapa suruh jadi perempuan tidak sabaran, emosian, dan moodyan.
Siapa suruh tidak bekerja dengan baik, lebih sering bergaul dengan buku daripada berkomunikasi dengan manusia.
Siapa suruh berkenalan dengan perempuan seperti itu.

Siapa suruh ada pertemuan di lift.
Siapa suruh menjalin hubungan dengan perempuan moodyan. Sudah tahu punya mood turun naik. Katanya terima apa adanya. Kini kepergianlah pilihannya.

Siapa suruh maju dengan seorang lelaki yang memiliki banyak kenangan. Yang bahkan tidak bisa menolak tersenyum di depan kamera bersama kenangannya.

Siapa suruh emosimu tidak pernah stabil. Menghadapi masalah tidak bisa dengan kepala dingin. Dan sekarang sudah retak, mari bergerak membersihkan luka.
Siapa suruh...

Siapa suruh dikit dikit menulis.
Siapa suruh itu terapimu agar tetap tegar bertahan. Karena dia berhenti  berjuang. Kamu jangan kalah oleh keadaan. Aku tau kamu tidak sendirian. Semesta akan menuntunmu, karena kamu percaya "segala sesuatu indah pada waktunya" :)

Selamat pagi dari blog celengan kata. Kamu selalu menemukan celah di sini untuk mengata-ngatai keadaan.

Minggu, 09 Oktober 2016

Kata orang, masa-masa membangun hubungan di awal adalah masa-masa paling romantis, ditelp, ditanya kabar, bahkan dibuat percaya.
Tapi buatku ini masa-masa kritis, masa-masa membangun kepercayaan, menerjang badai masa lalu, tantangan kesibukan masing-masing, dan membuang kecurigaan-kecurigaan tidak penting.

Jadi, jika kau menghadapinya sendirian, kau akan tahu seberapa keras kau berjuang dan setegar apa ia mempertahankan kapal.

Senin, 03 Oktober 2016

Tentang Perempuan dan Move On

Nona, aku tahu betapa tertatihnya kami para perempuan untuk move on.
Apa ya bahasa yang lebih tepat untuk kata move on?
Meninggalkan kenangan? Menjadikan pelajaran?
Melupakan kesalahan?
Tidak lagi mengharapkan balasan?
Mencoba bertahan walau sudah dilupakan?

Atau apa definisimu untuk kata move on?

Aku ingin membagi pengalamanku soal move on.
Sulit memang. Sangat sulit. Tapi tertawakanlah, sibukan dirimu, dan pelajari kenangannya, hingga ketika kamu menemukan cinta yang baru, tidak ada lagi kesalahan yang sama.

Aku tau rasanya terlatih patah hati. Aku tau punya barisan para mantan itu ngga enak.
Aku juga masih harus membersihkan kenangan-kenangan ketika ada orang baru yang datang.
Aku juga masih harus menertawakan kebodohanku ketika memilih dia sang mantan yang ujung-ujungnya menyakiti.
Aku tahu nona.

Tapi tahukah kamu ada perasaan perempuan lain yang juga harus kamu jaga?

Aku punya mantan, aku juga menjaga perasaan pacar barunya.
Caranya? Aku tidak mengungkit kenangan kami di depan umum. Aku menjaga hatiku sendiri juga. Karena membongkar semua di depan umum, maka yang lain di luar kami kemudian akan bertanya-tanya dan aku tidak ingin mereka berspekulasi.

Aku tahu nona, ini sulit bagimu. Aku juga sulit menerimanya. Aku dan mantanmu memang baru seumur jagung. Berbeda dengan kamu yang sudah mengukir banyak kenangan di sana, banyak janji yang dibuat di sana. Banyak cerita yang tidak habis-habisnya kalian dengungkan.
Apalagi keluarga kalian sudah saling tahu, sudah saling menerima, sudah saling sayang. Aku tahu rasanya berpisah, meski aku belum pernah berpacaran sejauh dan selama kalian.

Nona, boleh aku bercerita sedikit? Pertemuan kami tanpa rencana. Pendekatan kami tidak berbulan-bulan. Buatku dia bukan pelarian, bukan sekadar penyembuh luka dan pelipur lara. Dia tujuanku.

Nona, kamu cantik dan pintar. Jika ada lomba cerdas cermat antara kamu dan aku, pastilah kamu pemenangnya.

Namun, bolehkah kamu menjaga hati perempuan di sini. Tidak membuat perempuan di sini merasa bersalah telah melukai hati perempuan lain?

Aku tahu kamu hebat nona. Kamu pasti bisa membangun cinta yang baru. Walau tertatih dan menangis pedih.

Aku juga tahu, mantanmu juga masih membersihkan kenangan-kenangan bersamamu. Perpisahan itu proses yang sulit dihadapi.
Itulah hidup.
Mengeja yang tidak bisa ditebak.

Nona, aku sama sekali tidak marah pada waktu kamu memasang foto bersama dia. Aku cuma kecewa dengan lelakiku karena sudah tidak jujur. Aku sangat mengerti kenapa kamu masih memasang foto-foto kalian. Itu caramu, aku tidak tahu kalau move on caramu itu seperti itu.

Tenanglah nona, aku tidak menyalahkanmu. Aku menjaga hatiku sendiri dan kamu, aku yakin kamu bisa membangun cinta yang baru lagi.
Mahabaik akan sangat mengerti keinginanmu.

Jika memang nanti dia kembali padamu, aku selalu siap apapun yang terjadi. Selalu dan selalu.
Aku pernah mengalaminya, Mahabaik tidak akan membiarkan aku sendirian kok. Termasuk kamu dan aku kan yang sama anak-Nya. Ia juga pasti ngga akan membiarkan kamu menghadapi ini sendirian.

Namun, jika ia tidak kembali padamu. Adalah usahamu untuk menerima dengan lapang dada. Dengan tabah tanpa terpaksa. Karena aku yakin kamu bisa menghadapinya.

Perempuan harus tabah nona, karena obat kuat diciptakan hanya untuk para lelaki ^^.

Selasa, 27 September 2016

Aku Berbincang

Apa yang paling ditakuti dari sebuah hubungan baru?
Kalau aku, aku paling takut dijadikan tempat pelarian, sebelum dia kembai ke masa lalunya.
Aku ingin menjadi masa depannya. Dan aku tau itu egois. Iya egois.

Selain itu?
Apa kamu takut terluka?
Tidak.
Lalu?
Aku cuma takut kebohongan menjadikan aku takut jatuh cinta.
.
.
Apa reaksimu melihat lelakimu berfoto dengan masa lalunya? Meskipun kamu yakin, mereka memutuskan untuk berteman?

Maaf, aku tiba-tiba mual. Kepalaku pusing. Bahkan saat hanya menutup mata, aku melihat foto dia bersama mata lalunya. Mengerikan. Itu seperti mimpi buruk yang menghantui hari-hari.

Solusinya?
Kita duduk bersama dan cari jalan keluarnya. Itu solusiku. Aku ingin mendengar pengakuan jujurnya. Cerita cerita tanpa perlu ada sebuah perdebatan. Mungkin nanti akan ada sebuah pertanyaan "kenapa waktu itu kamu ngga jujur aja. Aku malah lebih menghargai itu"
Dan aku rasa pertanyaan itu percuma. Aku sudah tau alasannya. Apapun itu aku cuma bisa terima.
Aku harus menghadapi. Texting hanya akan meruncing masalah. Kita harus berbicara dari hati ke hati.

Kesempatan?
Selalu ada. Selalu ada kesempatan. Hati yang terluka juga punya kesempatan untuk menyembukan lukanya sendiri kan?

Aku akan menyembuhkan lukaku dan kamu? Ah entah... Akan mengulangi kesalahan? Entah akan berdamai dengan masa lalu? Entah akan membawaku ke dalam badai yang kau buat. Entah seperti apa.

Senin, 26 September 2016

Tentang akibat kepo dan keuntungannya.
Kadang kalau kau sudah tahu itu membuatmu sakit hati. Di sanalah kamu mengasah hatimu, sekuat apa menerima kenyataan.
.
.
.
Sedikit bercerita, saat perjalanan pulang selepas bekerja hari ini, aku membawa motorku pada kecepatan 20-30km/h sampai di kontrakan.

Aku menikmati malam. Di mana malam akan meneduhkan pikiranmu sebelum tidur. Kecuali kamu sedang bermasalah seperti aku sekarang ini.
Masalahnya, hatiku ini bukan baja. Pernah terluka parah dan jangan salah, sumbernya dari orang yang kau anggap terpercaya. Tuh kan apa kata Semesta, jangan percaya terlalu dalam nak.

Sepanjang jalan, aku merenung. Apa salah aku, sampai orang yang kupercaya tega diam-diam membuat luka.
Apa kurangku? Adakah cara untuk memulihkan ini semua?

Tapi aku percaya, segala sesuatu ada perjalanannya.
Bertemu adalah jawabannya. Duduk dan bercerita sampai kita tahu, masalah tidak lebih besar dari keyakinan kita menghadapinya.

Terbuka itu perlu.
Kejujuran (meski perih) itu nomer satu.
Mencintai adalah gabungan keduanya.

Sudut Jawaban

Kamu selalu bilang "bersamaku selalu ada badai yang mengikuti"
Kamu selalu bilang "dialah pengarang bebas dan pembuat ulah"
Kamu selalu bilang seperti atau seakan akan kita harus menikmati dan tangguh terhadap badai yang datang.

Dan di suatu pagi, aku berdoa "Tuhan... Aku harus percaya pada siapa"
Entah kekuatan dari mana. Keinginan untuk spy akun media sosial bernama path, aku lakukan. Padahal menurutku, di sana tidak akan menemukan jawaban.

Senyumnya.... Ceria sekali di foto itu. Di sudut meja kerja yang aku hapal betul. Sudut kantornya dan kursinya. Termasuk kursi tempat sang perempuan duduk sambil foto tersenyum.
Wajah laki laki itu tidak asing lagi, beberapa hari yang lalu aku sangat dekat. Sangat sangat dekat dengan wajahnya.
Hingga aku sangat hapal senyum itu, tatanan rambutnya dan singgungan bibirnya. Aku hapal. Senyum itu belum lama mengembang di foto itu.
Kenapa dia melakukan itu? Pertanyaan besar yang berputar di kepalaku saat ini, hingga nanti entah kapan.
Kenapa dia tega melakukan selfie itu di saat aku sedang berpanas-panasan di luar kota.

Aku tidak akan mempermasalahkan sang wanita yang ada di sampingnya.
Karena aku masih bisa mengendalikan diri menghadapi tingkahnya.

Sumringah sekali senyum lelaki itu. Nyaman sekali tampaknya dengan perempuan yang berada di rangkulan pundaknya.
Yang aku tahu sekarang, aku menghadapi badai seorang diri. Bukan bersama dia bergandengan tangan berjuang.

Karena yang aku tahu lelaki itulah badainya.

Sabtu, 24 September 2016

Rindu yg menggebu.
Jarak adalah alasan bertemu.
Berbincang menjadi anugerah tertentu.
Kesibukan menyita waktu.
Tapi doa doa baik selalu menyertaimu.
Semoga kamupun begitu.

Kamis, 25 Agustus 2016

Aku tidak menyebutnya sebagai cinta lokasi. Aku menyebutnya sebagai rencana Tuhan yang teralisasi. Kenapa? Karena aku dan kamu bagai teka teki.

Sabtu, 30 Juli 2016

SINGLE FIGHTER

Ternyata bukan tujuan. Tapi pembelajaranlah yang aku dapatkan.
Kenapa harus ada perkenalan di lift
Kenapa harus ada ciuman tulus
Kenapa harus ada dia
Kenapa harus ada kebohongan
Kenapa harus ada ketidak setujuan
Kenapa tidak ada reaksi
Kenapa ini menyakitkan sekali
Doa yang dijawab ternyata malah menambah luka

Sejak bulan kedua dia melakukan kesalahan dan kuberi kepercayaan.
Sejak dia berbohong untuk kesekian kalianya tentang status hubungan kami di hadapan seseorang yang kuanggap penting dan restunya adalah jembatan hubungan kami.
Dan aku masih bertahan dengan hati yang masih belum pulih.
Sejak dia memilih pergi pada bulan ketiga, aku tahu ada yang tidak beres ke depannya. Namun aku masih percaya Semesta menyertai hubungan kami. Aku mencoba maklum.
Aku semakin harus maklum di tengah kesibukan kami.
Seminggu sekali bertemu jarang teralisasi.
Sebulan sekali kadang-kadang terjadi.

Aku mungkin lelah.
Dia mungkin menyerah.
Dan kami kalah.

Aku ingat di bulan ini kami memulai berkomitmen. 30 tanggal lahirnya, bulan ketujuh - tujuh adalah tanggal lahirku. Ternyata tidak semulus itu kami berkomitmen.
Laki-laki jawa dan seiman yang aku nanti-nantikan. Laki-laki jawa dan seiman yang aku harapkan membawaku dalam jenjang keseriusan, yang sayang padaku dengan tulus. Yang katanya mencari perempuan serius. Yang ternyata berulang kali dibohongi.

Aku kini (Januari 2017 - sengaja kutulis tanggal segini, supaya menjadi pengingat) merasa dipinggirkan dan disingkirkan. Aku berjuang sendirian. Aku payah menjadi partner. Aku merasa gagal. Dia merasa aku egois. Dia merasa dia benar. Dia mempermainkan aku melalui kata-kata terakhirnya.
Sakit yang terbantahkan.

Aku kalah dengan dia yang sudah lima tahun menjalin kasih asmara.
Intuisimu bukan kepadaku. Ia tidak pernah sayang padaku. Ia tidak pernah benar-benar berjuang.
Aku bukan pilihannya. Aku hanya tempat ia singgah untuk mendapatkan jumlah barisan para mantan.
Jahat dan tega sekali kamu mas.
Bullshit dengan alasan "aku tidak mau menyakiti hatimu lebih dalam" kenyataannya adalah kamu sudah melakukannya sebelum ini. 
Ketika saling menyakiti, kalaupun kamu masih sayang, seharusnya kamu datang menyembuhkan.
Karena cinta menyembuhkan bukan meninggalkan luka.

Kamu bangga kan sekarang, deretan mantanmu semakin banyak. Dan perempuan itu adalah salah satu pembuktian. Ia masih mengejarmu. Dan kamu bangga akan hal itu. Selamat. Kamu sudah melukai hati perempuan lain.
Doaku kamu hancurkan berkeping-keping.
Aku pindah dari suatu tempat, juga kamu tidak tahu kalau itu demi kamu. Pindah kontrakan yang semua orang tidak mendukung, aku terjang juga. Demi bisa bersamamu.
Giliran aku dalam masalah pelik. Kamu tidak ada.  
Kamu hanya figur yang aku doakan, tapi ternyata tidak bisa kuandalkan. 
Andai kamu waktu itu cukup berinisiatif dan bilang "maaf ya aku ngga bisa bantuin kamu" mungkin sekarang (Januari 2017) kita masih bersama.
Ternyata sekarang aku hanya bisa jadi Single Fighter

Selamat ya mas, barisan mantan kamu bertambah lagi.
Selamat ya mas, kamu akan sangat bangga pastinya.
Selamat ya mas, kamu memang pantas bersama dia yang sama-sama melanjutkan pendidikan. Aku bukan pilihan yang tepat.
Permakluman aku yang sebelum-sebelumnya adalah sia-sia.
Kita menyepi dan mungkin cita-cita altar hanya angan-angan :')
Semoga kamu menemukan pelabuhan terakhirmu. Jangan tambah barisan mantan, kasian anak-anakmu kelak, dapat obrolan sana sini kalau ayahnya dulu tidak baik.
Semoga kamu sukses dengan perempuan yang mau lebih memaklumi kamu.
Aku tidak akan pernah bisa.


Biar sedih ini aku peluk sendiri.
Kamu memang sedari awal memilih pergi dan payahnya aku menahamu yang tidak mau bersamaku lagi.

Tapi aku percaya, cinta sejati, entah untukmu atau untukku akan menemukan jalannya :)

Sabtu, 26 Maret 2016

Ada yg memujamu begitu rupa. Hingga akhirnya ia lupa siapa dia.
Ada yg kau kejar, sampai kamu lupa, dia sudah meninggalkan luka.

Selasa, 15 Maret 2016

Let it Go!

Setelah pertanyaan "kenapa" yang tak kunjung dijawab.
Pertemuan yang selalu ditunda karena alasan-alasan entah apa.
Asumsi-asumsi yang selalu bergerak di kepala.
Dan nasehat sahabat yang mengatakan "kamu membuang-buang waktu. Menghabiskan tenaga untuk sesuatu yang tidak ada guna"

Tibalah saatnya untuk bernyanyi "Easy come - easy go" 😊

Kamis, 10 Maret 2016

Bersiaplah

Karena membuka hati untuk cinta yang baru tidak mudah.
Membagikan luka untuk sama-sama saling menyembuhkan itu tidak gampang.
Ada banyak cara yang perlu dipahami. Ada banyak jalan yang perlu ditempuh.
Ini gila, jangan lupa apapun yang terjadi bersiaplah.

Jalani Saja

Sekeras apapun kamu membujuknya.
Sehebat apapun kamu memelas padanya.
Sesabar apapun kamu menghadapinya.
Jika ia belum mau berdamai dengan masa lalunya. Segalanya menjadi percuma.
Keterbukaan dan kejujuran hanya angan-angan belaka.

                                        e.s

Tamu Tak Diundang

Pertama aku mengetuknya. Ia tidak juga membukakan pintu.
Kedua aku mengetuk lebih keras. Pintu itu masih tertutup rapat-rapat.
Ketiga kalinya aku menggendor pintu itu, akhirnya tidak dibukakan juga. Justru kuncinya dipasang semakin rapat.
Aku memilih pergi dengan kepala tertunduk menangis.
Begini rasanya menjadi tamu tidak diundang.
Tamu yang tidak diharapkan kehadirannya.
Padahal sebaliknya, aku izinkan dia melangkah masuk rumahku.
Tanpa lepas sepatu membawa masa lalu.
Tapi giliran aku, hanya sebagai tamu yang tidak ditunggu.

Follow my Twitter @_heniie