Pertama aku mengetuknya. Ia tidak juga membukakan pintu.
Kedua aku mengetuk lebih keras. Pintu itu masih tertutup rapat-rapat.
Ketiga kalinya aku menggendor pintu itu, akhirnya tidak dibukakan juga. Justru kuncinya dipasang semakin rapat.
Aku memilih pergi dengan kepala tertunduk menangis.
Begini rasanya menjadi tamu tidak diundang.
Tamu yang tidak diharapkan kehadirannya.
Padahal sebaliknya, aku izinkan dia melangkah masuk rumahku.
Tanpa lepas sepatu membawa masa lalu.
Tapi giliran aku, hanya sebagai tamu yang tidak ditunggu.
Kamis, 10 Maret 2016
Tamu Tak Diundang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar