Sabtu, 08 April 2017

Bermodal Keyakinan

Pukul dua dini hari. Hujan deras melewati. Mengeja dalam hati jika sesuatu yang besar sedang menanti.
Terseok-seok melangkah. Kaki ini tidak lagi mencari.
Ia menetap kepada sang Pemilik Hati.
Menyerahkan semuanya apapun yang terjadi.
Bukan pasrah, hanya berserah diri.

Yang ia tahu, ia gagal berinteraksi.
Dengan apa dan siapa.

Ia tahu talentanya hanya diberi satu.
Ia sudah kubur lama hingga akhirnya ia buka lagi.
Tidak tahu akan berhasil atau tidak, ia hanya punya modal mencoba-coba. Dan yakin apa adanya.

Begitu pula dengan menjalani cinta. Ia mencoba melihat sudut pandang yang baru. Orang yang baru. Membuka kisah baru. Belum tentu atau sudah tentu itu hanya soal waktu dari sang Mahatahu.
Tidak terburu-buru.
Hatinya kini mengayun jauh.
Hingga suatu hari bersambut teduh.

Tidak lagi berekspektasi lebih. Karena ia sudah tahu mana yang menghasilkan luka, mana yang benar-benar mengeja dalam doa.

Jika Sang Maha yang aku yakini tidak penuh kasih, mana mungkin aku diberi petunjuk itu ini. Diberi jawaban yang dicari-cari. Memeluk mimpi-mimpi, walaupun hanya pelajaran dan dibuat jangan berhenti berharap. Teruslah berharap.

Berpikir yang baik dan berkata yang baik. Tidak perlu kecewa, jika pikiran yang baik hanya selewat atau tidak jadi nyata. Karena Semesta mau kamu tertawa tentang masalah yang ada. Karena Tuhan yang kau yakini, lebih dahsyat dari masalahmu.
Jadi wajar, jika Ia meminta kamu menertawakan masalahmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow my Twitter @_heniie