Selasa, 18 Januari 2011

Where are you now when i need u most

Kesan yang terpancar dari sorot mata mama, adalah ketika aku masuk sastra Indonesia untuk yang kedua kalinya. setelah yang pertama lolos tapi tidak diambil dan yang kedua lolos (lagi). Mama bilang ini bakat dari ayahku yang juga sama-sama bergelut di Sastra Indonesia. Mama bilang ayahku adalah guru malas, PNS ceroboh dan anehnya paling disayang kepala SMP 19 Jakarta (pada waktu itu).

Baik, mengapa aku tertekan masuk sastra Indonesia. tekana itu berasal dari ayahku sendiri. entah bakat yang diwarisinya. Tapi aku sungguh membencinya. sungguh. 19 tahun tanpa setuhan tangannya membuatku yakin. kalau tidak akan pernah ada bakat yang ia turunkan kepadaku.

sedih ini ditambaha lagi ketika aku gagal seleksi Akuntansi, dan Manajemen Pemasaran Pariwisata. aku payah.. aku merasa seolah-olah bukan bakat yang turun tapi sejenis kutukan.

Hari ini aku bertengkar dengan salah satu asisten dosen di kampusku. Aku dalam tekana yang luar biasa. karena ia seolah menyebarkan isu di setiap angkatan.
Sediih luar biasa, ketika ia berkata aku "Pembual" "Pembohong" dan sebagainya.

masalahnya, simpel. aku hanya ingin mengetahui siapa saja dosen Lulusan UGM dan UI, dan pada akhirnya ia menyebutkan kalo aku sudah meremehkan para dosen disana. TIDAK! maksudku bukan begitu. aku hanya kagum pada kedua dosen itu, aku juga kagum tentang UGM (karena sejak SMP cita-citaku kesana, sayang dana membuatku harus tetap tinggal di Bandung), aku kagum. bukan berarti aku meremehkan dosen" yang lain. nggak kok. aku hanya termotivasi saja seperti mereka.

aku pasrah kalo IP ku semester ini jelek.
dan sekrang aku kembali berteriak sekian kalinya.

MANA PAPA ? AYAH ? atau apapun sebutannya!!
aku butuh dia, untuk mengungkapkan sesuatu tentang Sastra.
TAPI kemana dia ?
19 tahun pa, bakat ini kau turunkan. tapi tak satupun petunjuk yang kau berikan.

SEDIH, luar biasa ketika mamaku sendiri tidak paham, apa yang aku inginkan.

aku salah, mengangap ini sebuha kutukan, tapi ntahlah kutukan menjadi bakat. pengalaman menulisku mengantarkan aku kesini. Simple, kata mama. aku jago nulis, aku suka baca. tapi bukan berarti aku suka sastra...
aku seperti Yunus yang dikejar dan ditakdirkan Tuhan untuk terus ke 'niniwe'. Aku Takutt... PAPA, AYAH, kasih tau aku bagaimana kutukan yang kau berikan bisa jadi berkat luar biasa

*untuk seorang pria yang berumr 60 tahun, mantan guru Bahasa Indonesia di SMP 19 Jakarta, yang ntah keberadaannya dimana. yang pergi begitu saja, meninggalkan kami berdua selama 19 tahun*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow my Twitter @_heniie