Selasa, 04 Februari 2014

Saya dan 31 tahun Teruna GPIB

Saya besar dan bertumuh di GPIB. Ke manapun saya pergi dan ketika tiba di hari minggu, saya akan langsung mencari GPIB. Entah mengapa saya tidak berniat pindah ke gereja lainnya, meskipun suara musik di sana terdengar lebih seru, khotbah yang lebih terlihat bersemangat, ataupun janji-janji di hari minggu yang terlihat lebih menggiurkan. Sekali lagi, ini karena hati yang sudah menetap di GPIB. Sehingga, jika di kemudian hari saya bertemu Petrus di dekat Pintu Sorga dan ditanyakan gereja di mana, saya pun tak ragu menjawab, nanti kalau saya sebutkan banyak gereja karena saya sering pindah-pindah gereja, Petrus nanti bingung mencatat.. hihi.. ini becanda. :p
Sedari kecil saya dibawa mama untuk rajin sekolah minggu, mendengarkan kisah-kisah Yesus yang seru dan menakjubkan. Saya juga pernah ikut drama natal, paduan suara anak-anak, ya walaupun suara saya pas-pasan, tapi Tuhan kan bukan juri untuk penilaian suara, Ia juri yang menilai hati kita saat bernyanyi.
Saya pun bersekolah minggu dari kelas satu sampai kelas enam dan tetap sekolah minggu di GPIB Maranatha Bandung.
Lalu saya masuk dunia remaja, masih di gereja yang sama, karena saya sudah dekat dengan beberapa orang, sehingga saya punya semacam 'ikatan' untuk terus bersama mereka. 
Dunia remaja saya dihabiskan di teruna, sebuah wadah untuk ibadah khusus remaja seusia saya pada waktu itu, dua belas tahun sampai tujuh belas atau delapan belas tahun. Umur yang masih sangat labil dan belum bisa mengontrol emosi.
Di sana saya belajar lagu-lagu baru, musik-musik baru, berkenalan dengan teman-teman baru, belajar berani berbicara mengungkapkan pendapat, dan mendapatkan suasana baru. Saya terus bertumbuh di GPIB Maranatha Bandung.
Saya senang sekali ikut kegiatan ini itu di teruna, akhirnya saya berani ikut acara-acara teruna yang mengikutsertakan dari GPIB-GPIB di Bandung. Saya akhirnya berkenalan dengan banyak orang. Kenal teman-teman SMA dan SMP dari tempat-tempat lain. Sebagai seorang remaja, saya juga sempat jatuh cinta, kata orang  "cinta pada pandangan pertama", karena saya menyukainya di saat pertama kali ikut serta acara kebersamaan antar gereja. Dia dari gereja lain dan masih GPIB. Saya tergila-gila padanya. Seiring waktu berlalu, ternyata itu merupakan bumbu remja yang cukup seru. Itu terjadi ketika saya masih dalam lingkup teruna dan hanya di teruna (catet) saya tergila-gila pada seseorang. Waktu itu namanya bukan Pelkat Persekutuan Teruna namun BPK Persekutuan Teruna.
Seperti gereja-gereja yang masih di bawah PGI, GPIB pun juga mewajibkan orang-orang untuk ikut katekisasi sebelum sidi. Sidi adalah pengakuan kita pribadi, jika kita akan setia pada Yesus sampai Tuhan Yesus datang kedua kalinya dan sah menjadi warga gereja. Sehingga sebelum kita berjanji atau mengaku, kita harus diajarkan mengenai banyak hal, mengenai sejarah gereja, menghapalkan pengakuan iman rasuli, mengerti tugas kita sebagai pengikut Kristus di dunia  yaitu diakonia, marturia, dan koikunia.
Saya pun ikut menjadi pelajar katekisasi, setiap hari minggu sesudah ibadah minggu kedua, wajib ikut kelas katekisasi. Walaupun saya sudah ikut katekisasi, di samping itu saya tetap ikut ibadah teruna pukul tujuh pagi, karena saya rasa umur saya memang masih enam belas tahun hampir ke tujuh belas tahun, tergolong masih remaja kan? Karena peraturan sinodal memang begitu adanya. Katekisasi bukan pelkat sendiri setau saya, karena tidak ada pelkat katekisasi di buku GPIB.
Akhirnya setelah di sidi, saya merasa wajib ikut pelayanan, karena tiga panggilan gereja yang tadi. Saya tidak ingin setelah di sidi, saya jadi lupa dari mana saya dibesarkan dan diajarkan mengenai kasih Yesus. Akhirnya, menjadi pelayan di Teruna adalah pilihan saya. Jangan tanya "kenapa?", karena saya juga tidak tahu jawabannya. Ada ikatan di sana, saya juga sulit mendefinisikannya, saya belajar banyak hal di sana, dan saya juga ingin membagi apa yang saya alami di teruna sebelumnya kepada adik-adik saya kelak.
Mungkin saya memang tidak punya banyak talenta, ketika melayani saya masih terbata-bata, karena harus pandai-pandai menjaga perasaan anak-anak remaja. Di sisi lain, pada waktu menjadi pelayan yang masih baru, saya juga sulit menjaga sikap, maklumlah... usia saya masih remaja ketika disidi.
Mungkin sikap saya juga masih kurang menyenangkan sampai sekarang, namun saya sedang belajar mengontrol itu semua. Menjadi seorang pelayan, menjadikan saya belajar banyak hal. Kedewasaan saya coba diasah dalam melayani Tuhan melalui anak-anak remaja. Belum berhasil memang namun bukankah kita harus terus belajar?
Tahun demi tahun saya pelayanan di teruna, usia teruna ternyata sudah menginjak dua puluh lima tahun lebih ketika saya ikut ambil bagian dalam pelayanan. Lalu usia teruna sekarang 31 tahun, saya melihat perkembangan remaja sekarang, saya jadi mengerti pada waktu itu mengapa pada saat saya usia teruna juga terlihat emosional, bahagia, labil, dan sebagainya. Dari mereka, anak-anak remaja saya belajar banyak hal. Keaktifan, kreatifitas, pendapat-pendapat yang ingin didengar, kelucuan mereka, kepolosan mereka, dan yang seru mengobrol dengan mereka, seakan-akan usia kita akan tetap remaja dan penuh semangat empat lima. 
Tidak selamanya pelayanan itu menyenangkan, kadang ada saja yang tidak membahagiakan. Keegoisan kadang diutamakan, sehingga pernah berpikir untuk berhenti dan keluar saja dari sana, namun magnet dari mana, saya akhirnya kembali lagi, kembali lagi, dan kembali lagi. Mungkin Tuhan ingin saya semakin belajar, semakin sabar, dan saya sedang mencoba. Kekompakan kakak-kakak pelayan mungkin menjadi salah satu faktornya, saya bersemangat di teruna.
Dan faktor lainnya.. mungkin saja karena saya anak tunggal dan saya ingin memiliki adik-adik yang supel dan super. Saya mendapatkannya di teruna :)
Tahunn lalu saya diteguhkan menjadi pelayan, sebelumnya saya memang tidak mau, dan terus menghindar karena masih ragu.  Karena saya seperti sudah ada ikatan, akhirnya saya mencoba menjadi pelayan. Sampai sekarang memang belum melakukan yang terbaik untuk Tuhan, namun saya ingin selalu mencoba melakukan dengan tulus, apapun itu. Saya sedang mencoba.
Sejak diteguhkan saya mulai belajar menjadi pembawa firman, kamu harus tau, sulitnya membawa firman, karena kita sedang mengajar kepada anak-anak remaja yang hatinya masih ke mana tak tentu, pikirannya entah ke mana saat sedang mendengarkan firman, atau saingan zaman sekarang adalah mereka lebih memilih bermain teknologi. Tantangan dan sukacita kadang hadir menjadi satu. Ketika membawa firman, kita juga harus melakukan firman itu, dan puji Tuhan saya sedang mencobanya, dan saya sudah melewati usia-usia mereka, jadi saya sedikit banyak mengerti problematika mereka sebagai remaja. Lalu mengajarkan bagaimana Firman Tuhan bisa diterapkan dalam kehidupan anak-anak remaja.
Sudah 31 tahun teruna, kira-kira enam tahun lalu saya melayani di sana, dan kira-kira sudah enam tahun pula saya merasakan kecewa dan bahagia. Namun remaja-remaja atau biasa disebut adik-adik teruna ini selalu membawa sukacita, curhat-curhat mereka, rasa ingin tahu mereka, pertanyaan mereka, kreatifitasan mereka, kadang membuat saya berdecak kagum. Mereka luar biasa, Tuhan pakai mereka anak-anak remaja untuk menjadi saksi di tengah-tengah perbedaan.
Tantangan dan sukacita itulah yang mungkin tidak saya temukan di pelkat lain.
Selamat ulang tahun Pelayanan Kategorial Persekutuan Teruna GPIB ke 31, terus maju dan berkarya untuk gereja, bangsa dan negara :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow my Twitter @_heniie