Jumat, 28 Juni 2013

Semester Enam

UAS Semester enam resmi ditutup. Siapkan mental untuk nilai yang sesuai 
ataupun tidak sesuai dengan harapan. Tanpa semoga =')

Akhirnya semester enam yang penuh lika liku, tugas ini itu berakhir sudah. Rasanya lega sekali bisa menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan cukup baik, walaupun tidak sempurna, dan masih banyak kekurangan. Semester ini buatku adalah semester paling berat dan memiliki beban yang lebih dari biasanya. Semester enam adalah semester dengan mengulang banyak mata kuliah. Mulai mata kuliah semester dua sampai semester empat. Rasanya ikut mata kuliah mengulang seperti tinggal kelas dan kembali lagi di pelajaran yang sama namun dengan rasa yang tidak malu seperti tinggal kelas di sekolah.

Ada sepuluh mata kuliah yang harus ditempuh dan rasanya itu jujur saja berat. Semester enam tidak lagi memikirkan bagaimana teman mendapatkan nilai baik, semester enam cendrung "menyelematkan diri masing-masing" saja tidak perlu mengurusi urusan teman atau orang lain. 

Rasanya mendapatkan nilai A itu mungkin hanya sampai sebatas keajaiban. Nilai B saja rasanya bersyukur bukan main. Apalagi, jika nilai B itu ada di bagian mata kuliah mengulang, rasanya itu anugerah. 
Memang tidak bole membatasi cita-cita, namun ekspektasi tinggi terhadap nilai juga harus diredam, karena mental juga harus disuruh untuk menerima kegagalan demi kegagalan.
Namun tetap saja ada orang yang tidak bersyukur karena mendapatkan nilai "B", seakan-akan nilai itu bukan mencerminkan kepintarannya. Bahkan ia tidak akan tau ada temannya yang sampai menangis demi mendapatkan nilai "B".
Sebenarnya, yang paling menyedihkan adalah nilai C dari hasil kerja keras berhari-hari. Iya itu sedih banget.
Beberapa orang mengatakan "semoga kuliah bukan hanya sebatas nilai." Namun, di mana letak tanggung jawab jika nilai tidak maksimal. Beberapa dosen terkadang hanya tahu hasil, tanpa tahu mengapa anak ini rajin namun kurang. Iya... yang mereka tahu adalah hasil akhir. Ini bangku kuliah, bangku orang dewasa, bukan bangku anak-anak yang harus diayomi, begitu mungkin pikirnya.

Apalagi, mempunyai orang tua yang belum pernah mencicipi bangku kuliah, tentu saja yang mereka tahu adalah nilai yang baik dan lulus tepat waktu. Orang tua seperti ini akan sulit memahami keadaan anaknya di kampus, sekalipun anak itu sudah babak belur mengerjakan tugas. Belum lagi ditambah ketidak beruntungan yang sering datang, ya itu tadi nilai yang biasa-biasa saja. Mereka hanya tahu anaknya berangkat ke kampus dan pulang lalu tidur. Begadang lalu pergi ke kampus lagi. 

Sekarang aku takut berekspektasi tinggi, nilai B saja sudah anugerah, apalagi sudah belajar dan mengerjakan sampai babak belur. Jadi ingat postingan dulu, "bukan ukuran saya" iya... pekerjaan saya hanya melalukan tugas dan tanggung jawab semaksimal mungkin. Sisanya biarkan keajaiban Tuhan yang berkarya dan kebaikan hati para pengajar.

Tidak mau berandai-andai lagi. Tidak mau lagi memakai kata "semoga", karena tidak semua harapan berujung kepada kenyataan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow my Twitter @_heniie