Kamis, 25 Juli 2013

Lampu Baru Milik Jeruk

Menjelang subuh, Jeruk terbangun dari tidurnya. Ia melirik jam dindingnya dan baru pukul satu pagi. Ini menandakan Jeruk tidur tidak nyenyak. Ia sudah tidur dari pukul sepuluh malam. Namun kegelisahan tiba-tiba mendatanginya sepagi ini. Ia menatap sekilas cahaya di jendela kamarnya, ia tahu lampu di luar sana masih terjaga tanda kehidupan masih berjalan. Jeruk mengambil posisi duduk. Kamarnya masih dalam keadaan gelap. Jeruk selalu mematikan lampunya sebelum tidur, menurut beberapa ahli, mematikan lampu saat tidur itu baik untuk kesehatan. 
Jeruk mengusap matanya. Ia melamun agak lama. Sedikit melihat perjalanan hidupnya menari-nari dalam kegelapan. Tiba-tiba cahaya putih di luar jendela itu membesar.

"Hai Jeruk"
Jeruk tercenang bukan main. Cahaya itu berbicara kepadanya. Lampu di luar jendela yang selama ini ia abaikan, kini menjadi fokus utamanya. Lampu itu berbicara. Jeruk ingin beranjak, namun ia takut setengah mati. Lebih baik di sini saja pikirnya. Di dekat selimut, agar ia bisa menutup wajah, jika sesuatu yang buruk terjadi.
Jeruk membuka telinganya lebar-lebar, ia mau tahu apa saja yang akan dikatakan sang lampu dibalik jendelanya.
"Hai Jeruk. Kamu bermimpi buruk ya?" Lampu itu mulai berkedip. 
"Ha? iya.... betul." Jeruk menjawab dengan gugup. Ia ingin sekali bertanya kepada lampu "Hai.. lampu mengapa kamu berkedip?" Namun Jeruk menyimpan pertanyaan itu dalam hati. 
"Kenapa kamu melamun?" Giliran lampu itu berkedip semakin kencang
"Memikirkan hidup" Jawab Jeruk singkat. Namun pertanyaan awal Jeruk kepada lampu masih tersendat di pertengahan tenggorokan. Jeruk memilih memandang lampu yang berkedip.
"Kamu sedang kuatir ya? masa depan? sesuatu?" Lampu itu berkedip semakin hebat.
"iya" Jeruk tegas menjawab. Kali ini ia tidak ragu. Ia yakin, lampu itu sudah masuk ke dalam pikirannya dan membaca semua hal tentangnya.
"Lebih baik kamu tidur lagi. Tidak perlu kuatir. Besok pagi akan ada lampu baru menggantikanku. Sama seperti masalahmu. Akan ada masalah baru yang menunggumu. Tidak perlu kuatir. Yang paling penting kamu tidak gentar. Selamat tidur" Lampu yang berbicara banyak, sambil berkedip-kedip kencang, kini mati. Tidak secara perlahan. Namun terjadi begitu cepat.
 Pertanyaan yang Jeruk simpan, kini tidak berguna lagi.

Kegelapan menyelimuti Jeruk. Sinar di balik jendela itu menghilang. Ia takut. Tidak ada lagi sinar kecil menemani malamnya. Lampu itu sudah padam. Entah mengapa, Jeruk memilih tidur lagi. Ia yakin, masalahnya akan sama seperti lampu itu. Mati dan padam suatu hari nanti.

Keesok harinya, Jeruk melihat beberapa orang dengan sibuk sedang mengganti sesuatu di balik kamarnya. Ternyata menggantikan lampu yang kemarin menemaninya bercakap-cakap. Jeruk heran. Ia mengerutkan keningnya. Kemudian bertanya kepada kedua orang yang sedang menggantikan lampu 
"Mengapa diganti Pak?"
"Lampunya sudah 'putus'. Gak bisa nyala lagi. Kalo gak diganti, ntar gelap dong" Setelah menggantikan lampu lama, kedua orang tersebut lalu pamit pergi membawa lampu yang kemarin berbincang dengannya.

Jeruk menarik nafas dalam-dalam. Ia mengerti sekarang. Ada saatnya kesusahan akan pergi dan diganti dengan 'lampu baru'. Namun kebahagiaan itu juga tidak akan berlangsung lama, suatu saat 'lampu baru' ini akan mati kemudian pergi lagi. Selalu demikian. Benar kata lampu lama "besok ia akan ada yang menggantikan" dan lampu lama tidak sedih. Ia tidak merasa akan dibuang. Karena jika waktunya gelap, makan memang itulah saatnya. 

Jeruk mengamati lampu baru di atas kepalanya dan mengamati jendela menuju kamarnya. Ia akhirnya yakin, tidak ada yang perlu dikuatirkan dari hidup ini. Karena kegelapan akan segera diganti dan untungnya kemarin ia tidak melanjutkan lamunannya yang lebih buruk.
Jeruk kemudian menuju kamar mandi dan berangkat pagi-pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow my Twitter @_heniie