Selasa, 09 Juli 2013

Ransel Baru

Berjalan kaki dari pasar menuju rumah dengan menggendong ransel baru itu ternyata menyenangkan. Hari ini cuaca mendung dan sedikit germis, ya sedikit saja, bahkan sedikit membuat sejuk, dan menghilangkan beberapa butir debu di sekitar jalanan beraspal penuh batu. Dengan bangga menggendong ransel baru berwarna coklat dan ada sentuhan orange... ya.. suka sekali dengan warna orange. Akhirnya.. saya punya ransel baru. Karena ransel lama sudah banyak robekan sana sini, namun ransel lama entah mengapa paling tahan lama. Tidak putus talinya hanya memang banyak robekan yang sebenarnya menambah epic si ransel lama.

Sebelum memutuskan untuk jalan kaki dari pasar ke rumah, saya memutuskan untuk makan ice cream di restoran siap saji sambil membaca buku Paulo Coelho yang berjudul Seperti Sungai Mengalir. Bukan buku saya tentunya, ini hasil pinjam dari teman, karena belum sempat beli, namun penasaran dengan isi yang ada di dalamnya. Makan ice cream Coffee Cruch, favorit saya sejak ice cream itu pertama kali dipasarkan. Buat saya, ice cream itu sudah cukup memadukan kesukaan saya, yaitu ice cream dan coffee. Sambil baca buku, saya banyak meneliti sekitar. Melihat wajah orang-orang kepanasan dan kehausan, mengomel sambil berbicara panjang lebar mengenai sikap dosen terhadapnya. Kemudian, ada yang masuk sambil menggandeng tangan pacarnya, berhubung saya duduk di dekat pintu keluar masuk toilet, ada yang sambil lari-lari menuju toilet, mungkin ia kebelet. Kemudian saya melihat diri saya sendiri, membaca buku dan melihat media sosial. Saya banyak merenung.

Memakan ice cream secara perlahan, ternyata mampu membuat beberapa halaman di dalam buku yang saya baca serasa bergulir. Saya rasa keributan manusia, merupakan musik paling alami yang dipunyai di kota besar. Jadi, saya tidak risih, justru menikmati dengan anggun sambil membaca. Beberapa tatapan melihat saya dengan aneh. Mungkin mereka berpikir, satu anak perempuan, kecil, baca buku, dan makan ice cream. Namun untungnya mereka cuek dan saya tidak.Saya melihat mereka. Mereka yang sibuk dengan alamnya sendiri.

Saya kemudian memutuskan berjalana kaki saja, itung-itung bakar kalori. Melihat langit seperti payuh yang meneduhkan, akhirnya saya bertekat memulai berjalan kaki sering-sering. Dalam perjalanan, saya melewati kompleks-kompleks perumahan, yang sekarang sudah menjamur banyak kosan dengan harga di atas satu jutaan. Dulu sewaktu saya SMA, sambil menggendong ransel yang super berat, karena bekal dan buku, saya masih melihat satu rumah keluarga, dan masih pula melihat pohon yang hijau menghiasi rumah tersebut. Kini jangankan pohon hijau, pot bunga pun tidak terlihat sama sekali. Bangunan itu sekarang menjulang kokoh berlantai empat. Dipenuhi berbagai fasilitas dan sebenarnya menyalahi aturan. Ya.. setau saya.. bangunan di kompleks perumahan maksimal berlantai tiga, yang berlantai empat harus mengantongi izin, dan bukan kos-kosan. Sebenarnya agak miris, namun bisnis ternyata terlihat manis.

Kini... dengan bergantinya ransel lama yang berusia sudah lebih dari enam tahun, saya juga melihat banyak perbedaan melalui ransel baru. Perbedaan, perbandingan, dan perubahan sudah menyerbu waktu yang datang silih berganti. Ransel baru saya, sudah saya ajak melihat-lihat sekitar rumah saya dan saya ajak berjalan-jalan agak jauh. Ransel baru saya mungkin akan menjadi saksi cerita baru di tahun 2013. Ransel lama saya mungkin akan bercerita banyak hal di enam tahun ke belakang. Kemudian, saya akan menggendong banyak koleksi perbedaan, perbandingan, dan perubahan yang terjadi di sekitar melalui ransel-ransel saya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow my Twitter @_heniie