Selasa, 23 Juli 2013

Pangkuan Ayah

Hujan berjatuhan. Ada banyak kejutan yang terjadi beberapa hari ini. Baiknya kutuliskan saja. Sebelum lupa berbagai cerita.
Hari senin kemarin adalah hari senin kecerobohan. Mungkin tidak ada ampun lagi untuk kesalahan yang satu ini. Datang terlambat ke kelas dan test sudah berlangsung 30 menit. Deg... sudahlah. Pasrah. Hasilnya... nilai yang menampar wajah terasa memerah. Tidak ada lagi ampun untuk tindakan yang selalu menimang nimang waktu.
Sepulang kuliah. Aku Naik bis kota dan bisnya super tua. Aku duduk di sebelah dua orang laki-laki.
Kedua laki-laki ini diam seribu bahasa. Anak laki-laki itu tertidur di dada ayahnya. Ia berkali-kali melorot ke bawah. Ayahnya, berkali-kali membawa anak tersebut kembali ke bagian dada. Supaya hangat dan anak laki-laki itu merasa nyaman.
Sang ayah ikut tertidur dan aku tetap membaca buku. Sambil mencuri pandang ke arah mereka berdua. Aku berpikir sesuatu.
Anak laki-laki ini tidak rewel. Berbeda dengan anak laki-laki yang dipangku seorang ibu.
Yang dipangku seorang ibu, biasanya akan meronta dan cendrung tidak bisa diam.
Kedua laki-laki ini lalu tertidur pulas.
Aku pernah membayangkan apa rasanya tidur dan memeluk seoarng laki-laki tua penuh dengan bijaksana saat masih kecil dulu.
Menyenangkan. Aku selalu tahu, anak laki-laki yang ada di pangkuan ayahnya juga merasa menyenangkan. Menyenangkan dalam mimpinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow my Twitter @_heniie