Rabu, 24 Juli 2013

Mendoakan

Mendoakan orang yang membenci kamu.
Oke topik malam ini agak berat.
Sebenarnya mendoakan orang yang membenci dan (melupakan) itu lebih beban daripada mendoakan bangsa Indonesia yang penuh masalah.
Apalagi dan oh ternyata yang membenci kamu adalah teman kamu sendiri. Cukup dekat. Namun penuh masalah di dalamnya. Membayangkannya saja sudah ngeri sendiri.
Bagaimana bisa, ternyata diam-diam ada sekelompok orang yang membicarakan kamu di belakang. Padahal sudah berjanji untuk terbuka. Bagaimana bisa, mengerti orang-orang yang selalu minta dimengerti. Bagaimana bisa?
Bagaimana bisa memahami orang yang sudah lupa akan temannya sendiri. Bagaimana bisa.
Bisa... kuncinya adalah mendoakan mereka.
Harus melepaskan segala rasa benci dan marah yang tersulut emosi. Karena itu paling berat.
Ah.. Heni... nulis ajah gampang. Kamu sendiri ngejalaninya masih susah toh?
Iya bener... nulis ini sebenarnya buat membuat kadar emosi gak semakin naik di jejaring sosial.
Gimana ya rasanya dilupain teman sendiri?
Gimana coba rasanya tidak dipedulikan lagi?
Tetiba ada yang bilang "silahkan bercermin!" Kalau begitu, sudahkah kamu paham apa yang barusan kamu lakukan. Aku bahkan melakukan hal yang sama. Kesepian yang kamu maksudkan adalah suatu cibiran paling menyebalkan.
Kemudian teringat sesuatu. Mendoakan. Sudah saatnya berbeda sikap.
Rasanya sakit Tuhan. Ketika Engkau mengatakan "Jika ada yang menampar pipi kirimu, berikan pipi kananmu". Sakit.
Pada akhirnya, harus mendoakan mereka.
Jika, ternyata memang belum bisa berbaikan lagi. Biarkan nanti ada yang lebih tulus dan baik hati. Menanti tanpa pamrih. Karena sahabat sejati adalah perjuangan mempertahankan diri. Bukan dari cemoohan orang lain tapi mendoakan mereka setiap hari.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow my Twitter @_heniie