Selasa, 12 Februari 2013

Bukan Ukuran Saya

Apa sih menurut kamu keberuntungan?
Menemukan uang 100.000 di pinggir jalan?
Mendapatkan makanan gratis ketika lapar?
Mendapatkan hadiah tanpa diminta?

Saya pernah mengalami keberuntungan dan masa kejayaan pada tahun 2008. Sudah lama sekali ya.
Waktu itu saya mendapatkan keberuntungan jalan-jalan ke negara tetangga, hasil dari kompetisi menulis. Kemudian di tahun yang sama pula, saya mendapatkan lima besar di kelas. Di tahun berikutnya keberuntungan masih sudi mampir. Saya beruntung lulus SMA dan lulus SNMPTN, namun tidak diteruskan. Saya memilih bekerja. Kemudian di tahun berikutnya saya mencoba SNMPTN lagi, di jurusan yang sama dan universitas yang sama. Keberuntungan masih berbaik hati menunjukan konsistensinya, saya pun diterima.

Sekarang, setelah saya menjalani hari-hari di bangku tempat menimba ilmu, saya merasakan keberuntungan perlahan mundur dan kerja keras kadang hanya berbuah keluh kesah. 
Saya menghitung berkat, sebenarnya banyak. Namun entah kenapa berkat-berkat besar saja yang paling mudah diingat, berkat-berkat kecil dengan halusnya dilupakan. Ah... manusia.

Saya merasa saya sudah bekerja keras dan mengorbankan segalanya. Namun kenapa hasil yang dicapai belum juga mencapi optimal. Ada kalanya saya ingin menyerah. Berpasrah begitu saja pada keadaan. Saya rasa saya pun sudah mengecewakan orang-orang terdekat saya dalam memotivasi saya agar lebih ke arah lebih baik.
Saya rasa teman-teman saya lebih beruntung untuk mendapatkan perburuan nilai di bangku menimba ilmu.
Saya merefleksikan diri. Mengambil jeda dalam setiap detik yang mengalir.

Ini, bukan ukuran saya. Saya mengukur, saya sudah bekerja keras, belajar sungguh-sungguh, bersemangat tanpa jeda, namun itu juga bukan ukuran saya.
Ukuran Mahapemberi berbeda dengan ukuran saya. 
Waktunya pun berbeda. Dan waktu keberuntunganpun bukan ukuran saya.
Bukan ukuran saya, saya sudah melakukan yang terbaik.
Saya cuman ditugaskan untuk melakukan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh.
Penilaian manusia juga bukan ukuran saya. Seharusnya.
Saya cuman diperbolehkan mengerjakan bagian saya. Selebihnya bukan urusan saya.
Seharusnya saya mengerti itu. Namun kenapa saya masih berkeluh kesah.
Saya cuman mendapat bagian untuk berjuang. Apapun hasilnya, seharusnya saya juga mengerti itu bukan ukuran saya.
Demikian refleksi saya malam ini.

Semangat semester yang baru, semoga tidak lagi mengukur melalui ukuran saya. Karena itu bukan bagian saya. Bagian saya adalah bekerja dan berdoa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow my Twitter @_heniie